Kabar Tulungagung
Ojol Asli Tulungagung Mencoba Bertahan, Meski Bersaing Dengan Perusahaan Raksasa
Satu cara yang diambil dengan menjaga para pelanggan yang loyal. Selain itu para pengemudi Om Jek juga menjalin hubungan emosional dengan pelanggan.
Penulis: David Yohanes | Editor: Achmad Amru Muiz
SURYAMALANG.COM, TULUNGAGUNG - Pada Februari 2017, Triatmaja Fajar Sulihtiawan (22) merintis usaha ojek online (Ojol) di Tulungagung. Ojol besutan Jarwo, panggilan akrabnya, diberinama Om Jek. Perusahaan ini sempat berjaya, dan menjalin kerjasama dengan banyak pihak.
Namun Ojol asli Tulungagung ini berlahan meredup, setelah masuk raksasa ojol Grab. “Otomatis (omset) berkurang, karena usaha apapun kalau menghadapi raksasa pasti kalah,” ucap Jarwo.
Jarwo mengungkapkan, penurunan omset Om Jek mencapai 40 persen. Namun Jarwo menegaskan, Om Jek akan terus bertahan.
Salah satu cara yang diambil adalah dengan menjaga para pelanggan yang loyal. Selain itu para pengemudi Om Jek juga menjalin hubungan emosional dengan para pelanggan mereka.
“Jadi kami tidak hanya setelah order selesai, kemudian hubungan pelanggan dan driver selesai. Kami membangun ikatan emosional dengan pelanggan,” ungkap Jarwo.
Misalnya, dalam urusan order belanja Om Jek tidak memasang batas harga maksimal yang dibelanjakan. Seberapa banyak order belanja, akan tetap dilayani karena pelanggan Om Jek sudah loyal dan identitasnya sudah diketahui.
Om Jek juga tidak menaikkan harga barang, seperti lazim dilakukan perusahaan ojol. Om Jek sepenuhnya mengambil untung dari upah pengemudi.
“Yang paling banyak langganan membeli makanan dari anak-anak SMA. Karena mereka tahu harganya tidak dinaikkan,” sambung Jarwo.
Namun diakui, Om Jek selalu kalah jika perusahaan ojol tengah mengadakan promo. Sementara Om Jek tidak pernah ada promo, karena tidak ada investor.
Padahal jika dibandingkan harganya, antara Om Jek dan ojol lain tidak jauh berbeda. Om Jek berani memberikan garansi pelayanan yang lebih memuaskan.
“Misalnya di perusahaan lain bisa promo 30 persen, bahkan sampai 50 persen. Om Jek tetap harga reguler, karena kami tidak punya investor di dalamnya,” tambahnya.
Selain itu, kerjasama dengan sejumlah hotel dan apotek juga berhenti. Klien ini banyak beralih ke perusahaan raksasa pesaing.
Saat ini, pengemudi motor yang bergagung di Om Jek sebanyak 30 orang. Jumlah ini sebenarnya bertambah, dibanding Agustus 2017 sebanyak 19 pengemudi.
Sedangkan pengemudi mobil yang masih bertahan ada 4 orang. Diakui Jarwo, banyak pengemudi mobil yang beralih ke perusahaan saingan karena dianggap lebih menguntungkan.
“Katanya sih, insentif di mobil lebih bagus dibanding motor. Makanya driver mobil banyak yang bergabung ke sebelah,” katanya.