Pasuruan
Saat Gunung Kelud Meletus, Koordinator Bencana Ini Tinggalkan Istri-Anak
Dharmo yang juga seorang perangkat desa ini bahkan meninggalkan istri dan anaknya ketika letusan terjadi.
"Sistem EWS yang kami bangun sudah simultan berkesinambungan," ujarnya.
Tidak butuh peralatan canggih untuk mengatur warga ketika terjadi letusan. Yang terpenting, warga tahu tanda bahaya dan tahu jalur evakuasi.
Untuk menghindari eror koneksi, desa-desa di Kediri memanfaatkan kentongan agar warga segera mengungsi ketika Kelud meletus.
"Prosedur evakuasi kami mulai berdasarkan tingkat status Kelud itu sendiri. Jika sudah Siaga, kami harus sudah mendata semua penduduk agar tak ada yang ketinggalan," jelasnya.
Dharmo yang juga seorang perangkat desa ini bahkan meninggalkan istri dan anaknya ketika letusan terjadi.
Kendati demikian, bukan berarti ia menelantarkan keluarganya, melainkan karena keluarganya sudah tahu prosedur evakuasi.
"Saya langsung berangkat ke titik kumpul dan mengatur barisan evakuasi. Istri dan anak-anak saya sudah tahu sendiri apa yang harus dilakukan," ungkapnya.
Sementara itu, Sekjen Forum PRB Jatim, Saiful Arifin, menambahkan informasi, komunikasi, koordinasi, dan rehabikitasi, menjadi kunci pengurangan risiko bencana.
Jika masyarakat Jatim mengetahui cara hidup berdampingan dengan bencana seperti warga Kediri di kaki Gunung Kelud, niscaya bisa meminimalisir korban hingga kerugian material.
"Butuh sinergisitas lintas sektoral untuk membangun masyarakat yang tanggap bencana. Forum ini menyusun dan akan menyosialisasikan lebih intensif sebuah protap pengurangan risiko bencana alam. Semoga masyarakat Jatim bisa tercerahkan," tandas Saiful.
(Irwan Syairwan)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/suryamalang/foto/bank/originals/gunung-kelud_20150513_095542.jpg)