Blitar

Tunggu 1 Bulan Janji Operasi, Pria Sebatang Kara Keburu Mati Diserang Tumor

Pria hidup sebatang kara di rumahnya yang sangat sederhana itu juga tak pernah merasakan RS karena kemiskinannya.

Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM/Imam Taufiq
Sumono (52), warga Desa Ngaringan, Kecamatan Gandusari, Blitar saat masih didup. Penderita tumor mata itu akhirnya meninggal sebelum jalani operasi di RSSA Malang 

SURYAMALANG.COM, BLITAR - Dua penderita tumor mata asal Kabupaten Blitar, Jawa Timur akhirnya tidak bisa diselamatkan. Mereka meninggal dunia di rumahnya masing-masing, Sabtu (23/5/2015).

Dua penderita tumor yang meninggal, yakni Sumono (52), warga Desa Ngaringan, Kecamatan Gandusari, dan Sabikul Khoirot, berusia 4 tahun 5 bulan, asal Desa Pandan Arum, Kecamatan Sutojayan.

Kematian mereka terkait penyakit yang dideritanya. Seperti Sumono. Ia meninggal dunia di saat menunggu jadwal operasi di Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Kota Malang. Namun, karena tak kunjung dioperasi sehingga kondisi kesehatannya terus menurun.

"Dia sudah dua kali datang ke RS di Malang namun selalu balik. Katanya, jadwal operasinya belum diagendakan. Akhirnya, ia menunggu di rumah. Tiga hari ini tak mau makan dan kesehatannya ngedrop," kata Agus Wijayanto, Kades Ngaringan, Minggu (24/5/2015).

Sebelumnya, pria hidup sebatang kara di rumahnya yang sangat sederhana itu juga tak pernah merasakan RS karena kemiskinannya. Namun, setelah diberitakan di koran, dr Kuspardani,
Kadinkes Kab Blitar, bersimpati dan membawanya ke RSUD Ngudi Waluyo, Wlingi, Sabtu (11/4/2015).

"Selama di RS Malang, ia hanya diperiksa saja. Soal operasinya, ia diberi pilihan, apakah menunggu di RS atau menunggu ditelepon dari RS. Namun karena ia tak punya keluarga, yang menunggunya, ia memilih pulang, sambil menunggu ditelepon dari RS. Namun, hingga sebulan ini, tak ada telepon dari RS," paparnya.

Selama menunggu di rumah, menurut Agus, penyakit tumornya kembali kambuh. Tiap hari, ia tak tahan dengan rasa nyeri yang luar biasa, hingga membuatnya tak mau makan dan tubuhnya panas

Berbeda dengan Sabikul. Anak pasangan Romdoni (40) dan Kanifah (35) itu memang tak pernah merasakan RS. Sebab, orangtuanya sengaja tak membawanya ke RS.

Meski benjolan di mata kanannya sudah menjulur sepanjang 6,5 cm hingga menutupi mulutnya, ia hanya dirawat di rumah saja.

Alasan orangtuanya, karena trauma. Sebab, anak perempuannya, yang tak lain kakaknya Sabikul, yang juga menderita penyakit serupa, juga meninggal dunia. Katanya, itu sehabis dioperasi.

"Kesehatannya ngedrop sudah 15 hari namun yang terparah tiga hari. Selain tubuhnya panas, dan lemas, juga nggak mau makan," tutur Romdoni.

Meski kondisi kesehatan anaknya kian ngedrop, namun ibunya tak membolehkan dibawa ke RS.
Sebelum anaknya meninggal dunia, menurutnya, ia masih sempat minta dibelikan kaset VCD
Upin Ipin yang terbaru.

"Namun belum sempat saya belikan," paparnya.

Setelah kedua anaknya meninggal dunia, dengan menderita penyakit tumor mata, kini Romdoni masih punya satu anak lagi, yakni Rahmatul Ullah, kelas 1 SMP.

dr Yuni Sri Wulandari, Sekdin Kabupaten Blitar, mengatakan, pihaknya sudah mendapat laporan. Menurutnya, sebenarnya dinkes sudah merujuk Sumono ke RSSA Malang.

"Kami ya berharap, ia segera ditangani. Namun, kalau tehnis di lapangan, bahwa si penderita belum juga ditangani, kami nggak bisa intervensi," tuturnya.

Soal Sabikul, menurutnya, dinkes sudah berkali-kali membujuk orangtuanya, agar anaknya diperbolehkan dibawa ke RS. Namun, orangtuanya tak memperbolehkan.

"Gimana lagi, wong orangtuanya nggak memperbolehkan," pungkasnya.

(Imam Taufiq)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved