Kediri
Pelukis Ini Pakai Ampas Wedang Kopi untuk Lukis Wajah Gus Dur dan Soekarno
Beberapa kolektor dari Amerika, Malaysia, Jepang dan Belanda sudah mengoleksi lukisan cekakik karya Nurhabib.
SURYAMALANG.COM, KEDIRI - Limbah sisa minuman kopi (ampas wedang) bagi Nurhabib ternyata masih dapat dimanfaatkan. Di tangan seniman lukis ini, limbah kental kopi yang biasa disebut cekakik ini menjadi bahan baku cat warna lukisan yang bernilai seni tinggi.
Semula Nurhabib merupakan pelukis yang biasa memanfaatkan cat air dan cat sintetis buatan pabrik untuk melukis. Namun sejak 2006, Nurhabib mulai menekuni pewarnaan dengan cekakik.
"Kalau melukis dengan cat air butuh membeli cat yang harganya mahal. Namun jika memakai cekakik tidak usah membeli mahal-mahal, cukup memanfaatkan sisa ngopi," ungkap Nurhabib.
Di luar dugaan lukisan cekakik karya Nurhabib ternyata banyak digemari. Apalagi pewarnaan lukisannya menjadi lebih natural dan bernilai seni tinggi.
Karena murni memakai cekakik, karya Nurhabib pewarnaannya lebih banyak didominasi warna hitam dan kecoklatan. Gradasi pewarnaan itu sesuai dengan warna cekakik sisa kopi.
Jika ingin warna hitam lebih pekat, biasa memanfaatkan kopi yang digoreng sampai gosong. Namun untuk pewarnaan kecoklatan kopinya digoreng tidak sampai gosong.
Warna kopi sendiri lebih kuat menempel di media kanwas karena diseduh dengan gula. Sehingga tidak perlu menambah zat perekat lagi untuk melukisnya.
Nurhabib memang menjadi pelopor pelukis dengan memanfaatkan bahan baku cekakik. Namun kini para muridnya juga banyak yang mengikuti jejaknya melukis dengan bahan baku cekakik.
"Kalau melukis bareng biasanya saya pesan ke pemilik warung supaya cekakiknya dikumpulkan. Pemilik warung dengan senang hati mengumpulkan limbah kopi itu," ungkapnya.
Sejauh ini lukisan cekakik karya Nurhabib sudah mulai dikoleksi penikmat lukisan dari luar negeri. Beberapa kolektor dari Amerika, Malaysia, Jepang dan Belanda sudah mengoleksi lukisan cekakik karya Nurhabib.
Sementara dari kalangan pejabat di Indonesia sejumlah mantan menteri sudah banyak yang mengoleksi. Seperti mantan Mensos Bachtiar Chamsah, Saifullah Yusuf dan sejumlah petinggi militer di Surabaya dan Jakarta.
Sejumlah lukisannya juga dikoleksi museum. Seperti wajah Gus Dur dengan lukisan cekakik banyak dikoleksi Museum NU di Surabaya.
"Ada sekitar 16 lukisan Gus Dur dari cekakik yang dikoleksi museum NU. Bu Risma (Wali Kota Surabaya) juga mengoleksi lukisan saya," ungkapnya.
Selain lukisan wajah Gus Dur, Nurhabib juga punya banyak koleksi lukisan mantan presiden perdana Indonesia, Soekarno.
Lukisan cekakik karya Nurhabib biasa memanfaatkan kanvas yang tidak terlalu besar. Ukuran kanvas rata-rata
30 - 35 cm. Namun ada sejumlah lukisan dengan ukuran 50 cm.
Nurhabib yang juga guru seni lukis di Madrasah Aliyah (MA) Maarif Kepung ini biasa mengajarkan aliran ekspresionis. Namun ada juga aliran naif dan surialis. Sejumlah muridnya banyak yang mengikuti jejaknya melukis dengan bahan baku cekakik.
(Didik Mashudi)