Malang Raya
Ayo Masak Pakai Gas Metan : Ekonomis dan Bisa Selamatkan Bumi
Tiga penyebab pemanasan global adalah karbondioksia, gas methan (CH4) dan nitrogen.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Aji Bramastra
SURYAMALANG.COM, KEPANJEN - Tiga penyebab pemanasan global adalah karbondioksia, gas methan (CH4) dan nitrogen.
Jika tiga hal itu tidak ditangani serius, maka delapan sampai 10 tahun ke depan bumi akan semakin panas. Sebab lapisan ozon akan semakin habis.
Hal itu disampaikan oleh Sekjen Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Bambang Hendroyono saat membacakan sambutan Menteri KLHK Siti Nurbaya dalam kegiatan di TPA Talangagung Kepanjen, Kabupaten Malang, Selasa (20/10/2015).
Menurutnya, dari tiga penyebab pemanasan global itu paling besar disebabkan gas metan.
"Salah satu upaya penanganannya adalah dengan memanfaatkan gas methan," katanya.
Nah, di Kabupaten Malang sendiri sudah dilakukan pemanfaatkan gas metan di dua TPA yang ada. Meliputi TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) di Paras Poncokusumo dan TPA Talangagung, Kepanjen.
"Gas methan disalurkan ke perpipaan ke masyarakat sekitar TPA," jelas Romdhoni, Kadis Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang.
Di TPA Talangagung dilakukan sejak 2011. Saat itu "menangkap" gas metan masih dengan kantong plastik.
Namun pada 2012 sudah disalurkan ke warga dengan memakai perpipaan. Saat ini, sudah ada 205 warga sekitar TPA yang memanfaatkan gas metan.
"Sedang di TPA Paras malah ke 240 warga. Total ada 445 warga yang merasakan gas metan di rumah mereka," kata Romdhoni.
Setiap hari ada 150 meter kubik sampah di Kabupaten Malang di TPA Talangagung. Sampah-sampah itu dari tujuh kecamatan yaitu Gondanglegi, Turen, Sumberpucung, Kepanjen, Pakisaji, Bululawang dan Wonosari.
Gas metan di TPA Talangagung juga sempat untuk menggerakkan genset. Namun fokus utama lebih disalurkan ke warga.
Kabupaten Malang sendiri memiliki empat TPA. Selain di Poncokusumo, Kepanjen, Singosari dan Pagak. Acara KLHK di TPA Talangagung mengundang perwakilan provinsi di Indonesia dengan harapan bisa mereplikanya di daerah masing-masing. (*)