Magetan

Keluarga Minta Jenazah Gunung Lawu, Polisi Tak Mengizinkan, Karena ini

"Saya tahu perasaan keluarga, kami akan berusaha secepatnya,"

Penulis: Doni Prasetyo | Editor: fatkhulalami
SURYA/Doni Prasetyo
Petugas menyiapkan peti jenazah untuk korban Gunung Lawu di RSUD dr Sayidiman, Magetan, Selasa (20/10/2015). 

SURYAMAGETAN.COM, MAGETAN  - Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda Jatim mengaku kesulitan untuk mengidentifikasi satu jenazah yang dinyatakan Mr X, karena kondisi jenazah itu 100 persen rusak.

"Kami perlu data pembanding untuk mengidentifikasi jenazah yang kami nyatakan Mr X. Kalau ada keluarga yang yakin jenazah Mr X itu keluarganya, mohon kesediannya untuk tes DNA," kata Kepala Bidang Dokkes Polda Jatim Komisaris Besar (Kombes) dr Umar Shahab saat pers rilis di RSUD Magetan, Selasa (20/10).

Permintaan test DNA (genetik) itu terkait desakan, Sutikno warga Jalann Imam Bonjol 42, Kelurahan/Kecamatan Sanan Wetan, Kota Blitar, paman Aris Munandar yang diduga ikut menjadi korban kebakaran di puncak Gunung Lawu, Minggu (20/10/2015) yang diyakini keluarga, salah satu korban meninggal yang disebut Mr-X itu.

Karena itu, Tim Dokkes Polda Jatim meminta Sutikno untuk dilakukan test DNA, untuk dicocokan dengan DNA milik jenazah yang kini masih disebut Mr-X itu.

"Saya tahu perasaan keluarga, kami akan berusaha secepatnya. Karena itu mohon kesedian keluarga untuk test DNA, untuk bisa dicocokan dengan jenazah itu. Hal ini dilakukan karena kondisi jenazah sudah 100 persen rusak, sehingga sulit dikenali," jelas dokter Umar Shahab.

Dikatakan dr Umar Shahab, prosedur pemeriksaan jenazah Mr-X dilakukan dengan jalan tes antemortem dan postmortem. Kedua tes itu sangat dibutuhkan bantuan seluas-luasnya dari keluarga korban.

"Antemortem itu diungkap dari data instansi di mana korban pernah berhubungan dengan instansi itu semasa hidup. Misalnya, keluarga memberikan data fisik, salinan kartu kepala keluarga, menyebutkan umur, warna kulit, ciri fisik. Sedang postmortem, terkait data yang bisa didapat dari personal identification, seperti pemeriksaan dokumen dan atribut korban, misalnya kartu identitas (KTP, SIM, paspor, ijazah),"ujar Kombes Umar Shahab.

Kabid Dokkes Umar menjelaskan, DVI Polri sebagai lembaga identifikasi korban meninggal akibat bencana massal, merupakan lembaga yang melayani dan membantu masyarakat. Karena itu, DVI berusaha memberikan pelayanan secepatnya kepada keluarga korban tentang kepastian jenazah yang masih belum diketahui identitasnya.

"Saya jamin untuk pemeriksaan DNA ke Mabes Polri paling lama dibawah dua minggu. Tapi saya berusaha secepatnya, mudah-mudahan tidak sampai dua minggu. Percayalah, kami akan mempercepat, kami tahu perasaan keluarga,"kata dokter Umar Shahab.

Secara terpisah Kapolres Magetan AKBP Johanson Ronald Simamora, memerintahkan jajarannya bergabung dengan Basarnas, BPBD dan organisasi pecinta alam Anak Gunung Lawu (AGL), menyisir rute pendakian dari dua pintu masuk pendakian Cemoro Kandang, Karanganyar, Jawa Tengah dan Cemorosewu, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

"Saya meminta tim gabungan yang berjumlah 60 personil untuk menyisir dua rute pendakian, 35 personil lewat Cemorosewu dan 25 personil lewat Cemoro Kandang,"kata Kapolres Johanson Ronald Simamora, yang dihari pertamamemimpin tim gabungan mengevakuasi sebanyak tujuh pendaki lewat jalur pendakian Cemorosewu. Sedang sekitar 50 pendaki, diketahui masih berada di puncak, terjebak api, yang kabarnya masih membesar.

Alasan itu, tambah Kapolres Johanson, kenapa tim DVI tidak gegabah segera menyebut jenazah Mr-X itu sebagai Aris Munandar, anak warga Kota Blitar yang bekerja di Jakarta ini.

"Terlanjur Mr-X itu disebut Aris Munandar, ternyata yang punya nama pulang, Kan resiko. Mengingat masih banyak pendaki yang berada di puncak terjebak api. Makanya tim DVI Polri minta tes DNA kepada keluarga Aris Munandar,"kata AKBP Johanson Ronald Simamora.

Tim DVI Polri berhasil mengindentifikasi enam jenazah korban kebakaran hutan di puncak Gunung Lawu dari tujuh korban yang ditemukan. Sementara satu jenazah yang sampai hari ini, Selasa (20/10) masih belum teridentifikasi itu karena tim Dokkes DVI Polri kesulitan karena kerusakan jenazah sudah 100 persen.

Keenam jenazah yang sudah berhasil diidentifikasi yaitu, Sumarwan (40), Nanang (17), Rita Septi (21) dan Awang Fery Pradika (25), keempatnya warga Kabupaten Ngawi. Sedang dua jenazah warga Jakarta yang berhasil diidentiikasi yaitu, Joko Prayitno warga Jln Asia Baru RT6/RW4, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat dan Kartini warga Jln Pondok Kelapa Selatan Dalam RT6/RW12, jakarta Timur.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved