Malang Raya
Meriah, SMAK Kolese Santo Yusup Pamer Kuliner dan Budaya Sulawesi
"Pengunjung kami sampai 2.500. Siswa kami saja 1.500. Belum lagi orang tua yang ikut hadir menyaksikan,"
Penulis: sulvi sofiana | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM, BLIMBING - Gelaran Pelangi Bangsaku di SMAK Kolese Santo Yusup (Kosayu) Malang diwarnai dengan peragan kuliner dan budaya beragam daerah dari nusantara.
Untuk itu, sebagian besar siswa mendatangkan aneka kebutuhan dari daerah asalnya.
Siswa daerah ini tergabung dalam JASA (Jalinan Kasih Siswa Asal) untuk membuat stand dan pertunjukan dalam gelaran dua tahunan ini.
Siswa XII IPS 4 yang tergabung dalam JASA Sulawesi, Airien Celinesia (18) menjual berbagai minuman khas Sulawesi seperti es pisang ijo, es markisa dan es palu butung.
"Sirup khas untuk minuman-minuman ini dikirimin ke sini dari rumah di Sulawesi," jelasnya.
Selain menjaga stand minumannya, JASA Sulawesi yang menjadi ikon Pelangi Bangsaku tahun ini juga memiliki stan pameran paling banyak. Mulai dari stan makanan, souvenir, dan photoboth.
"Kami bagi tugas, ada juga yang mempersiapkan diri untuk penampilan tari di panggung luar," katanya.
Hal serupa dilakukan siswa-siswa yang tergabung dalam JASA Papua-Maluku. Mereka bahkan mengekspor jajanan favorit di daerah mereka yang biasa dibeli dari Papua Nugini.
"Kami juga jualan makanan khas yang kami buat sendiri seperti papeda dan daging RW (anjing) yang kami masak rica-rica," jelas seorang anggota JASA Papua-Maluku, Patrecia.
Ketua panitia, A Yohan Kristian menjelaskan kegiatan ini sebagai wujud kebersamaan dan kesatuan siswa yang berasal dari berbagai daerah. Sekaligus memperingati bulan bahasa dan hari sumpah pemuda.
"Pengunjung kami sampai 2.500. Siswa kami saja 1.500. Belum lagi orang tua yang ikut hadir menyaksikan," jelas guru Bahasa Inggris ini.
Tahun ini, Pelangi Bangsaku mengambil ikon Sulawesi, sehingga ada dekorasi khusus pengenalan budaya Sulawesi yaitu bentuk pernikahan adatnya.
Selain itu dalam stan yang dipamerkan, stan Sulawesi memiliki porsi lebih luas dan penampilan tarinya lebih banyak dibandingkan daerah lain. "Ikon ini kami umumkan setiap akhir acara untuk dirancang pada Pelangi Bangsaku 2 tahun mendatang," ujarnya.
Sulawesi menjadi ikon keempat setelah sebelumnya dipilih Ikon Malang, Kalimantan dan NTB. Melalui acara ini, siswa juga memahami budaya di daerah lain.
"Bahkan ada yang baru tahu di daerahnya ada budaya khusus setelah acara ini," jelas Yohan.
Untuk mengangkat kelokalan daerah, guru yang bertindak sebagai pembina kadang juga mengundang warga adat asli. Mereka diajak untuk ikut menjadi pembina dan pendamping dalam pemahaman budaya.
"Tahun ini juga ada kerjasama dengan komunitas Toraja, diajari untuk adat daerahnya dan menyiapkan suvenir khas Toraja," tuturnya.