Malang Raya
"Bus Rapid Transit" Siap Beroperasi Sepanjang Malang Raya, Ini Rutenya
"Sudah eranya seperti ini. Seperti saat fungsi bemo beralih ke angkot. Mau tak mau, saat ini kami harus beralih ke BRT,"
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Sistem transportasi tak luput dari kajian integrasi Malang Raya. Pemkot Malang mengusulkan pengoperasian Bus Rapid Transit (BRT) agar melewati rute jalan di tiga wilayah, yakni Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu.
Hasil rencana awal, BRT akan melewati rute Lawang, Batu, Kota Malang, dan Kepanjen.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Malang Handi Priyanto menjelaskan, pihaknya siap menjadi operator.
"Kami siap 1.000 persen," kata Handi, di sela pertemuan Sinergi Malang Raya, Senin (29/12/2015).
Namun, kesiapan itu harus disepakati oleh dinas terkait di Kabupaten Malang dan Kota Batu agar bisa direalisasikan.
Pemerintah pusat, lanjutnya, sudah mengalokasikan dana pada 2016 untuk pengoperasian BRT di Malang Raya. Ia tak menyebut besaran anggaran yang disiapkan. Tapi, jika ketiga daerah sudah menyampaikan persetujuan, ia akan melaporkannya ke Pemerintah Pusat dan pengoperasian BRT bisa segera dilaksanakan.
"Pemerintah Pusat sudah menyiapkan antara 50 sampai 75 halte. Mereka juga sudah siap membangun halte di lokasi-lokasi rute yang sudah saya sebut. Tinggal kesiapan tiga daerh saja. Sewaktu-waktu itu diminta, bisa. Dan itu semua free," tambahnya.
Selain integrasi tiga daerah, pengoperasian BRT juga harus disingkronisasikan ke Organisasi Angkatan Darat (Organda) serta pemilik dan paguyupan angkot. Sebab, pengoperasian BRT akan berdampak langsung pada pengoperasian angkot. Handi menyebut, angkot di Kota Malang nantinya akan diungsikan sebagai moda pengumpan BRT.
Rute angkot juga akan dialihkan ke jalan-jalan yang tak dilewati bus. Misalnya, daerah Sawojajar, Bengawan Solo, dan Sulfat.
"Daripada angkot berputar-putar tapi sepi penumpang, lebih baik kami alihkan. Dengan begitu, kami tidak menyingkirkan angkot. Tapi kita sesuaikan dengan kebutuhan," tambahnya.
Pengoperasian BRT juga akan berbeda dengan bus biasa. BRT akan memiliki jam pengoperasian pasti. Transportasi masal tersebut nantinya, kata Handi, akan berhenti sekitar lima sampai sepuluh menit di halte dan kembali berjalan tanpa menunggu penuhnya penumpang.
"Sudah eranya seperti ini. Seperti saat fungsi bemo beralih ke angkot. Mau tak mau, saat ini kami harus beralih ke BRT," tambahnya.
Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Bappeda Kota Batu mengatakan, keterpaduan sistem transportasi penting sebagai bentuk nyata solusi infrastruktur di Malang Raya. Jadi, tak hanya jaringan jalan saja yang harus dikaji, alat transportasi yang mempuni juga harus dibicarakan oleh SKPD terkait.
“Jaringan Jalan tidak mengatasi kemacetan. Jadi mau bagaimana? memindahkan kendaraan atau memindahkan orang? Kalau memindahkan orang itu yang penting transportasi. Jaringan jalan bagus tanpa ada sistem kerja yang baik tidak bisa mengatasi kemacetan,” ujarnya.