Blitar

Inilah Dampak Penutupan Lokasi Tambang Pasir Gunung Kelud

"Kalau penambangan pasir di Blitar ditutup juga, terus masyarakat mau beli pasir ke mana,"

Penulis: Imam Taufiq | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM/Imam Taufiq
Selang dua hari dari munculnya lahar dingin, Kaliputih sudah normal kembali atau airnya sudah mengering dan meninggalkan hamparan pasir, yang siap ditambang kembali. 

SURYAMALANG.COM, BLITAR - Penutupan lokasi penambangan pasir tradisional di Kaliputih, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar oleh Polres Blitar, Sabtu (9/1/2015) kemarin, dipastikan bakal berdampak langsung pada masyarakat.

Bahkan, diprediksi, dalam waktu beberapa hari ini bakal terjadi kelangkaan pasir di wilayah Blitar dan sekitarnya, seperti Tulungagung, Ponorogo, dan Madiun.

Sebab, pasir yang dihasilkan dari aliran kali lahar Gunung Kelud itu selama ini dikirim ke luar kota. Itu karena berkualitas bagus, terutama buat memasang pondasi bangunan. Bahkan, pasir kali lahar itu bisa menggantikan pasir Lumajang, sejak terjadinya kelangkaan pasir Lumajang akibat adanya penutupan lokasi penambangan di Lumajang kemarin itu.

"Kalau penambangan pasir di Blitar ditutup juga, terus masyarakat mau beli pasir ke mana. Wong, penutupan penambangan pasir di Lumajang kemarin itu, masyarakat sudah susah mendapatkan pasir. Untungnya, masih ada pasir Blitar. Namun, kalau kini ditutup juga, maka masyarakat bakal kena dampaknya," papar Heri Purwanto, kontraktor proyek perumahan, Minggu (10/1/2016).

Bahkan, sejak terjadi kelangkaan pasir akibat penutupan penambangan di Lumajang kemarin, harga pasir di pasaran tak bisa diprediksi. Tiap minggu bisa naik, karena pedagang berdalih, pasir lagi langka. Misalnya, jika dulu, harga pasir Lumajang itu per pik up (carry) hanya Rp 175 ribu, kini jadi Rp 260 ribu. Itu pun, bukan pasir Lumajang, melainkan pasir Malang atau Blitar.

"Apa nggak dicarikan solusi terbaik. Maksud kami, keselamatan penambang juga terjaga, dan pasir tetap dihasilkan. Supaya penambangan tetap bisa makan, dan masyarakat juga tak kena dampaknya. Sebab, saat ini tak hanya pasir yang langka, namun batu kali juga demikian," ujarnya.

Ia mencontohkan, harga pasir di pasaran tak sama. Seperti, di Kota Blitar, Rp 400 ribu per dump truk atau berisi 4 kubik. Beda lagi, kalau di Blitar selatan, seperti di Kecamatan Wonotirto atau Bakung, Rp 500 ribu dump truk.

Itu harga kemarin, sebelum lokasi penambangan Kaliputih ditutup.

"Tadi, saya sudah pesan pasir, namun nggak bisa langsung dikirim, melainkan disuruh menunggu sampai dua hari," ungkapnya.

Supriono, ketua paguyupan penambangan pasir di Kaliputih, mengatakan, meski air di Kaliputih sudah surut dan berubah jadi hamparan pasir kembali, namun Minggu (10/1/2015) siang itu tak ada aktivitas penambangan.

Sebab, para penambang takut karena ada penutupan dari Polres Blitar, Sabtu (9/1) kemarin.

Di Kaliputih, tepatnya di Desa Karangrejo itu, menurutnya, merupakan satu-satunya lokasi penambangan pasir terbesar di Blitar. Itu karena jaraknya dengan lereng Gunung Kelud, terdekat atau hanya sekitar 6 km. Di sepanjang bantaran kali lahar, yang berasal dari lereng Gunung Kelud itu ada ratusan penambang.

"Kira-kira per hari, kami ini menghasilkan pasir sekitar 1.750 kubik sampai 2.000 kubik atau sekitar 350 truk (jenis dump truk). Itu jika cuaca bagus atau mulai siang tak hujan. Namun, kalau hujan, pasir yang dihasilkan menurun karena para penambang tak berani turun ke kali," paparnya.

Soal harga pasir, ia mengatakan, harga pasir di lokasi Rp 210 ribu per truk. Itu posisinya, pasir sudah berada di atas truk. Namun, belum termasuk retribusi portal di beberapa desa, yang dilewati.

"Iya bisa jadi, bakal terjadi kelangkaan pasir kalau lokasi ini terus ditutup. Sebab, selama ini, pasir Kaliputih, tak hanya memasok di wilayah Blitar saja, namun ke Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo, Madiun, dan Ponorogo." ungkapnya.

Menanggapi penutupan lokasi tambang, Supriono, mengatakan, para penambang bakal kelimpungan karena itu merupakan satu-satunya mata pencaharian mereka.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved