Blitar
Ternyata, Gafatar Pernah Aktif dan Gelar Bakti Sosial di Blitar Selatan
Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), yang kini sudah bubar karena dilarang oleh negara, ternyata meninggalkan jejak di Kabupaten Blitar.
Penulis: Imam Hidayat | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM, BLITAR - Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), yang kini sudah bubar karena dilarang oleh negara, ternyata meninggalkan jejak di Kabupaten Blitar. Bahkan, di Kabupaten Blitar, Jawa Timur itu diperkirakan juga sudah banyak pengikutnya.
Salah satu peninggalan organisasi itu yang masih bisa dilacak, di antaranya, berada di rumah Marsaid (69), warga Dusun Para'an, Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Dapur di rumah Marsaid itu, telah direhab oleh kelompok Gafatar pada tahun 2015 lalu.
"Itu program bakti sosial, yang dilakukan sekitar 15 pemuda. Mereka berasal dari Kabupaten Blitar sendiri, yang tak lain teman-teman anak saya. Katanya, mereka itu berasal dari pemuda Gafatar," kata Marsaid ditemui di rumahnya, Kamis (14/1/2016) siang.
Menurut Marsaid, sebelum dapur rumahnya direhab oleh para pemuda Gafatar, bangunannya sudah lapuk. Sebab, itu bangunan lama dan tak pernah direnovasi.
"Sekarang, bangunannya sudah kuat dan tak bocor lagi bila hujan. Itu karena kayunya, usuk dan reng sertanya gentingnya, diganti oleh mereka," paparnya.
Yang membuat heran Marsaid, meski mereka bekerja bakti di rumahnya selama sehari penuh, namun tak mau diberi makan. Bahkan, sekadar air minum saja, mereka tak menenggaknya.
"Mereka sangu makan sendiri. Kami juga nggak paham. Meski sudah saya sediakan makanan, namun tak mau memakannya," ungkapnya.
Dijelaskan Marsaid, kelompok Gafatar itu bisa datang ke rumahnya, bukan karenanya, melainkan karena anaknya, Jangkung Lelono (30). Menurutnya, anaknya, Jangkung diketahui memang aktif di organisasi itu. Itu berdasarkan penuturan teman-temannya.
"Kata teman-temannya, anak saya itu, jadi pengurus Gafatar tingkat Kabupaten Blitar. Bahkan, katanya, ia jadi sekretarisnya," ungkapnya.
Namun, papar Marsaid, kini anaknya sudah dua bulan lalu, meninggalkan rumahnya. Yakni, bersama istrinya, Yeni Puspita Sari, berangkat ke Kalimantan Barat. Saat itu, istrinya sedang hamil enam bulan. Katanya, mereka bertani di sana.
"Tadi pagi, saya menelponnya. Dan saya bilangi, agar pulang saja. Kalau hanya ingin bertani saja, kenapa harus jauh-jauh pergu ke sana. Wong, saya juga punya sawah sendiri di sini," paparnya.
Namun, menurut Marsaid, anaknya tak mau. Katanya, ia ingin mengembangkan keahlihannya, bertani di Kalimantan. Kemungkinan, ia mengaku akan pulang tiga tahun mendatang.
"Dia, nggak mau menyebutkan alamatnya. Ia hanya, menyebut, tinggal di Kalimantan Barat," ujarnya.
Ditambahkannya, sejak pergi ke Kalimantan itu, perubahan psikis anak cukup dratis. Di antaranya, tak menurut pada orangtuanya.
"Wong, saya bilangi, bapakmu ini bingung karena setiap hari didatangi polisi dan tentara. Mereka tanya soal keberadaanmu. Namun anehnya, anak saya sepertinya nggak ngereken blas," paparnya.