Malang Raya

Lho, Glenn Fredly Digugat, Soal Apa ya?

"Setelah pertemuan antara Pak Yusril dan kuasa hukum Visinema Pictures 9 Agustus tahun lalu tak menemui titik temu,"

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: fatkhulalami
surya/aflahul abidin
Yusri menunjukkan sampul buku kumpulan cerpennya yang identik dengan gambar film yang diproduksi Visinema Pictures. 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Tim hukum penulis kumpulan cerpen “Surat dari Praha”, Yusri Fajar, siap mengajukan gugatan untuk rumah produksi Visinema Pictures milik penyanyi kenamaan Glenn Fredly.

Rencana itu muncul karena film baru yang akan dirilis 22 Januari itu diduga meniru kumpulan cerpen milik Yusri. Salah satu indikasinya, yakni kesamaan nama judul film dan judul kumpulan cerpen.

"Setelah pertemuan antara Pak Yusril dan kuasa hukum Visinema Pictures 9 Agustus tahun lalu tak menemui titik temu, dan tidak ada dialog lanjutan seperti yang dijanjikan saat itu, kami merasa kecewa karena mereka akan merilis film itu dalam waktu dekat," kata Farid Ramdani, Tim hukum Yusri, saat menggelar jumpa pers di Malang, Rabu (20/1/2015).

Farid menyebut, sudah menyiapkan beberapa bukti indikasi pencurian hak intelektual yang dilakukan oleh Visinema Pictures. Berkas yang disiapkan yakni data peluncuran kumpulan cerpen pada 2012, yang membuktikan bahwa buku itu hadir lebih dulu ketimbang proses produksi film.

Farid juga menyiapkan berkas sampul buku yang identik dengan gambar sampul film sebelum diganti oleh rumah produksi.

Dalam sampul buku, terlihat dua orang berdiri tampak jauh dengan latar belakang Jembatan Charles, salah satu bangunan ikonik di ibu kota Republik Ceko itu. Sementara sampul lama film “Surat dari Praha” menunjukkan suasana mirip namun berbeda sudut pandang.

“Perbedaan lainnya cuma, di sampul buku itu foto dengan warna asli, sementara sampul film yang lama nuansa warnanya bernuansa vintage,” kata Farid.

Dari sisi konten, benang merah dalam trailer film itu juga diduga memiliki kemiripan dengan satu dari tiga belas cerpen yang termuat dalam buku itu.

“Ceritanya dari yang saya lihat, sama. Yakni berlatar belakang kondisi politik tahun ’65 dengan setting Praha. Media yang dipakai untuk berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia juga sama, yaitu surat,” kata Yusri, dalam kesempatan yang sama.

Meski begitu, Yusri berharap ada itikat baik dari rumah produksi itu untuk berdialog kembali dengan dirinya. Ia berharap, ada pengakuan dari rumah produksi jika memang pembuatan film itu terinspirasi dari buku kumpulan cerpennya.

“Kalau memang begitu, harus ada pengapresiasian karya sastra,” kata dosen Universitas Brawujaya itu.

Yusri menjelaskan, penyusunan cerpen tersebut dimulai saat ia baru mengunjungi Praha. Orang yang ia angkat sebagai tokoh utama berasal dari kisah nyata, bukan rekaan. Dalam cerpen itu, kata dia, tokoh utama adalah mahasiswa. Kisah serupa ada dalam film “Surat dari Praha”.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved