Malang Raya
Jembatan Ambrol Diterjang Lahar Dingin Gunung Kelud
Diguyur hujan seharian dalam beberapa hari ini, menyebabkan banjir lahar dingin di Kabupaten Blitar, Senin (8/2/2016).
Penulis: Imam Taufiq | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM, BLITAR - Diguyur hujan seharian dalam beberapa hari ini, menyebabkan banjir lahar dingin di Kabupaten Blitar, Senin (8/2/2016) pagi.
Air yang bercampur material dari puncak Gunung Kelud itu tak hanya meluap di Sungai Kali Semut, namun juga menerjang jembatan (cekdam) di Desa Ngaringan, Kecamatan Gandusari.
Akibatnya, jembatan sepanjang 100 meter, dengan lebar 3 meter itu ambrol, sehingga tak bisa dilewati lagi. Bahkan, sekadar pejalan kaki pun, dilarang melintas karena dianggap rawan. Sebab, di atasnya sudah retak-retak sehingga rawan ambrol ke sungai. Akhirnya, Senin siang itu, dipoliceline.
Meski tak ada korban jiwa, namun musibah itu membuat masyarakat di dua desa terputus hubungan. Sebab, selama ini jembatan yang berkonstruksi beton itu, jadi akses satu-satunya, antara Desa Ngaringan dengan Desa Soso.
Karena jembatan itu putus, akhirnya warga kedua desa itu harus menempuh perjalanan lebih jauh, untuk bisa kembali berinteraksi. Di antaranya, melalui jembatan lainnya, yakni cekdam di Dusun Maguwan, Desa Soso, yang berjarak sekitar 6 km dari jembatan yang ambrol tersebut.
"Jembatan ini merupakan jalan satu-satu di desa kami, untuk menghubungkan dua desa. Namun, kalau putus seperti ini, kami susah karena harus memutar cukup jauh," tutur Nur Hadi (34), yang rumahnya berjarak 20 meter dari cekdam yang ambrol tersebut.
Menurut Nur Hadi, tak ada tanda-tanda kalau jembatan itu bakal ambrol. Hanya saja, sejak tiga hari ini, air sungai memang cukup meluap dan arusnya deras. Itu karena hujan tak pernah reda dalam beberapa hari dan hampir berlangsung seharian.
"Arusnya cukup menakutkan. Selain deras, juga bercampur bebatuan gunung," tuturnya.
Nur Hadi menuturkan, ambrolnya jembatan itu diperkirakan terjadi pada Senin dini hari atau sekitar pukul 05.00 WIB. Sebab, saat itu, ia mengaku mendengar suara gemuruh air, yang cukup deras, dari arah jembatan. Saat itu, hujan masih turun, sejak seharian kemarin.
"Tak hanya suara arus air, yang mengalir deras, namun seperti ada tanah longsor juga. Bahkan, saya sempat heran, suara apa itu. Namun, saya nggak berani keluar karena masih gelap," tuturnya.
Baru, setelah agak terang atau sekitar pukul 06.00 WIB, Nur Hadi mengeceknya. Ternyata, jembatan itu ambrol, tepat di tengahnya. Itu diperkirakan karena selain tergerus air, juga tak kuat menahan tumpukan material yang terseret arus. Sebab, ketinggian air yang membawa pasir itu sampai di atas jembatan.
"Di bawah jembatan itu, dibangun tiga lubang besar, yang dipakai buat aliran air. Mungkin saja, ketiga lubang itu sudah tertutup gundukan pasir bercampur bebatuan, sehingga arus air yang membawa tumpukan material itu meluap dan mengalir di atas jembatan," tuturnya.
Akhirnya, Lama kelamaan, jembatan itu tak kuat menahan hantaman arus air yang cukup deras, sehingga ambrol.
"Saya sangat paham, dengan karakter sungai sini karena saya dilahirkan di sini. Sebelum, terjadi Gunung Kelud meletus dua tahun kemarin, sungai di sini cukup dalam. Bahkan, setiap hari dipakai warga untuk memandikan sapinya," paparnya.
Namun, setelah adanya letusan Gunung Kelud itu, sungai Kali Semut jadi dangkal. Terutama setiap habis hujan, dipenuhi pasir bercampur bebatuan.
"Memang, banyak penambang tradisional yang mengambil pasir di sungai sini namun tak habis-habis karena selalu penuh setiap habis hujan," ungkapnya.
Agus Tri Jayanto, Kades Ngaringan, menuturkan, ambrolnya jembatan itu karena faktor alam. Di antaranya, karena diterjang banjir lahar dingin akibat hujan yang berlangsung selama beberapa hari ini. Imbas kejadian itu, menurutnya, bakal merugikan warga setempat karena akses jalannya terputus. Terutama para pedagang dan anak sekolah.
Mereka tak bisa lewat jembatan itu lagi, sehingga harus menempuh perjalanan lebih jauh.
"Ada dua alternatif. Yakni, mereka bisa lewat jembatan satunya, yang berjarak sekitar 6 km dari jembatan yang putus itu, atau melalui Desa Semen. Namun, jaraknya sekitar 10 km, cuma jalannya cukup bagus," paparnya.