Pesawat Tempur Super Tucano Jatuh
Terungkap, Pesawat Hilang Kontak Sejak Pukul 09.59 WIB
Dari ketinggan 15.000 kaki menuju tingakatn selanjuutnya, semestinya pilot memanggil ulang pada sistem. Akan tetapi, hal tersebut tidak terjadi
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM, KLOJEN – Pesawat Super Tucano TT3108 kecelakaan dan nyungsep ke salah satu rumah warga di RT 05 RW 03 Kelurahan/Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Rabu (10/2/2016).
Pesawat jatuh pukul 10.07 sebelum kehilangan kontak sekitar pukul 09.59 WIB. Kejadian itu menenal empat korban. Dua warga sipil, pilot, dan Juru Mesin Udara (JMU).
Dua warga sipil yang meninggal yakni pemilik rumah Erma Wahyuningtyas (47) dan Nurcholis (30). Sementara pilot pesawat yakni Mayor Pnb Ivi Safatillah, dan JMU Serma Syaiful Arief Rakhman.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Agus Supriatna mengatakan, kondisi di lokasi menunjukkan bangkai pesawat masuk ke dalam tanah dan hanya menyisakan ekornya saja. Itu membuktikan, pesawat nyungsep dalam keadaan mesih masih hidup karena mampu mengebor tanah.
Ia mengatakan, sebelum kejadian pesawat tengah menjalani uji coba terbang setelah pemeliharaan 300 jam terbang. Tes seluruh sistem pesawat jenis itu dilakukan tiap 50 jam penerbangan. Tes sebelumnya dilakukan pada Selasa. Kemarin, pesawat menjalani tes penerbangan sesuai performa.
“Saat mencapai ketinggian 25.000 feat performance untuk mencari kecepatan poin 56 marc number. Setelah (mencapai ketinggian) 15.000, dia calling. Setelah berhasil, pesawat melaksanakan tingkatan berikutnya untuk mencari kecepatan 320 knot,” ujarnya, saat menggelar jumpa pers, Rabu petang.
Dari ketinggan 15.000 kaki menuju tingakatn selanjuutnya, semestinya pilot memanggil ulang pada sistem. Akan tetapi, hal tersebut tidak terjadi sampai terdengar kabar pesawat jatuh dipemukiman. Sebelum pesawat nyungsep tanah, pilot sempat mengoperasikan kursi pelontar, sementara JMU tidak. Hal itu yang menyebabkan JMU pada petang hari ditemukan meninggal dalam kondisi masih di dalam pesawat.
Evakuasi bangkai pesawat diakui sulit karena lokasi berada di pemukiman padat. Pihak TNI AU, kata Agus, telah meminta izin pada pemilik rumah, Mujianto (54) yang tak lain adalah suami Erma. Meski telah menyatakan persetujuan, Agus belum bisa memprediksi waktu selesainya evakuasi. Pasalnya, untuk memasukkan alat berat ke lokasi pun pihaknya mengalami beberapa kendala. Utamanya karena akses masuk yang sempit.