Malang Raya
Sembilan Bulan Diresmikan, Tak Ada Benda Bersejarah di Museum Singhasari Malang
“Belum ada apa-apanya. Koleksinya juga belum ada,” kata penjaga museum, Rochmat Setiawan (29), saat suryamalang.com bertanya...
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: musahadah
SURYAMALANG.COM, SINGOSARI - Melintasi Jalan Raya Mondokoro, Singosari, Kabupaten Malang akan terlihat pelat petunjuk arah ke Museum Singhasari.
Lokasi museum terletak di dalam perumahan Singhasari Residence, Desa Kelampok.
Berdiri di atas lahan sekitar 2.000 meter persegi, bangunan abu-abu muda lengkap dengan pendapa tampak seperti baru dipugar.
Cat bangunan masih terlihat baru. Dua orang penjaga menyapu halamannya yang luas, dan yang sebenarnya tak begitu kotor. Sementara dua tukang kayu dengan membenahi beberapa bagian kayu pendopo yang rusak akibat bocor.
“Belum ada apa-apanya. Koleksinya juga belum ada,” kata penjaga museum, Rochmat Setiawan (29), saat suryamalang.com bertanya ihwal museum yang dibangun dengan APBD 2014 Kabupaten Malang senilai 3,3 miliar itu.
“Tiap hari selalu ada orang datang. Paling sedikit empat kalau bukan pas hari libur. Dan saya bilang juga ke mereka ‘maaf, belum ada koleksi apa-apa’,” sambungnya.
Sebagian besar para pengujung yang kecele, justru berasal dari luar kota, seperti Semarang, Yogyakarta, Jakarta, bahkan sampai Bogor.
Lelaki yang akrab disapa Wawan itu bercerita, mereka sebagian besar datang ke lokasi itu bukan sebagai tujuan utama. Mereka umumnya pelancong di Malang yang ingin sekalian mampir ke Museum Singhasari setelah berselancar di internet.
Pernah juga, rombongan guru dari Surabaya datang untuk menyurvei tempat itu sebagai rencana kunjungan sekolah. Namun, mereka urung setelah mengetahui bahwa museum itu belum difungsikan seperti semestinya.
Saat suryamalang.com berkunjung ke tempat itu, kebetulan masih terlalu pagi, sekitar pukul 08.30 WIB. Wawan bilang, jika hari cerah, pengujung pertama yang datang kebanyakan di atas jam 12 siang.
“Kalau mau tunggu, nanti pasti ketemu teman yang juga kecele,” canda Wawan.
Bangunan fisik museum memang cukup besar. Selain pendopo seluas 16 meter x 16 meter, bangunan itu juga memiliki empat calon ruang pameran.
Hingga dua hari lalu, baru satu ruangan yang berisi ratusan topeng yang tertata rapi dalam empat papan.
Sayang, topeng-topeng yang dipajang bukan topeng bersejarah. Topeng itu adalah hasil karya para peserta lomba siswa SD yang diadakan tahun 2015. Di belakang topeng, tertulis nama pembuat dan sekolah asalnya.
Wawan belum tahu pasti kapan barang-barang kuno dan bersejarah akan memenuhi ruang-ruang itu.
Rencananya, museum itu akan dijadikan tempat pembelajaran sejarah peninggalan kerajaan Singhasari.
Saat peresmian, akan ada 54 arca dan patung warisan kerajaan Singasari yang dipindah dari Balai Pelestaraian Cagar Budaya Mojokerto.
Beberapa arca lain dari Kecamatan Kasembon dan Ngantang juga akan diangkut.
Tetapi, sembilan bulan berlalu belum ada indikasi pengisian museum.
“Justru kabarnya museum mau ditambah pagar dulu. Soalnya kalau malam tempat ini ramai dipakai orang-orang kumpul. Jadi dipagar biar lebih aman. Baru setelah itu diisi barang-barangnya,” tambah Wawan.
CCTV di tiap-tiap ruang pamer hari itu juga dicopot. Alasannya kamera itu tak bermanfaat. Hanya terlihat empat CCTV dibagian luar yang masih terpasang dan masih difungsikan.
Tukang yang tengah berbenah di pendopo mengatakan, beberapa titik museum harus dibenahi karena rusak. Hujan deras membuat atap bocor dan merembeskan air ke bagian plafon.
"Semua sudah saya ganti," ujar dia yang sekitar sebulan telah membenahi museum itu.
Dibantu oleh adiknya, mereka berdua juga mengecat ulang gedung. Kini, pekarjaan mereka tinggal menyelesaikan perbaikan kayu pendopo yang beberapa sudah rusak.