Blitar
Hujan Deras Guyur Puncak Kelud, Warung ini Sampai 'Ditenggelamkan' Lahar Dingin
Air yang membawa tumpukan material gunung itu mengalir dengan deras, sehingga membuat para penambang tak berani..
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Aji Bramastra
SURYAMALANG.COM - Hujan deras yang mengguyur puncak Gunung Kelud, selama beberapa hari ini, membuat Kali Putih, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, diterjang lahar dingin, Rabu (24/2/2016) sore.
Air yang membawa tumpukan material gunung itu mengalir dengan deras, sehingga membuat para penambang tak berani turun ke kali.
Meski tak ada korban materi seperti kejadian sebulan lalu, yang menghanyutkan delapan truk, namun petugas tetap mewaspadainya. Sebab, munculnya lahar dingin di sepanjang kali itu tak bisa diprediksi. Karena itu, petugas melarang para penambang beraktivitas sejak Selasa (23/2/2016) kemarin.
Hingga Rabu (24/2/2016) petang, belum ada laporan kerugian materi karena memang tak ada aktivitas penambangan.
Hanya saja, warung nasi milik kakek Banjang (65), di Desa Karangrejo, Kecamatan Garum, yang merupakan satu-satunya bangunan di tepi kali itu kemasukkan lumpur.
Warung itu tiap hari melayani para penambang pasir, termasuk, jadi pangkalan para sopir truk yang antre, mengambil pasir.
"Tadi pagi saya masih buka dan melayani orang makan. Memang, lumpur masuk ke warung sejak kemarin. Namun, itu hanya sore hari. Namun, kalau pagi hari ya sudah surut karena lumpur hanya muncul sore hari" tutur Mbah Bajang.
Warung Mbah Bajang itu buka tiap hari. Itu pun tak sampai malam, melainkan buka mulai pagi dan tutup sore hari atau sek itar pukul 17.00 WIB. Setelah itu, mbah Bajang pulang.
"Lumpurnya hanya setumit. Itu sudah biasa, kalau Kali Putih lagi meluap airnya, warungnya sering kemasukkan air dan lumpur," tutur Mbah Bajang yang selain membuka warung nasi juga nyambi mengecer solar di tepi Kali Putih itu.
Di sepanjang Kali Putih itu, jauh dari perkampungan, sehingga tak ada satu pun rumah. Satu-satunya, bangunan rumah, hanya warung Mbah Bajang itu.
Namun demikian, tiap hari di sepanjang Kali Putih itu banyak penambang pasir tradisional. Itu pun, bukan orang jauh, melainkan warga setempat atau warga Desa Karangrejo, yang berjarak sekitar 3 km dari bibir kali.
Kalau sore, penambang yang berjumlah sekitar 100 orang itu sudah meninggalkan lokasi karena tak mungkin menambang malam hari karena selain gelap, juga cukup berbahaya.
AKP Rusmin, Kapolsek Garum, mengatakan, sejak munculnya lahar Selasa (23/2) kemarin, pihaknya rutin melakukan patroli di sepanjang Kali Putih. Itu untuk mengantipasi adanya penambang yang nekat. Sebab, munculnya lahar dingin itu tak bisa diprediksi karena tergantung hujan di puncak Gunung Kelud.
Yang bahaya itu, paparnya, di kali itu tak hujan, namun di puncak hujan. Akibatnya, para penambang tak mengiranya, sehingga saat asyik menambang, tiba-tiba muncul banjir lahar dingin. Karena itu, pihaknya sudah menghimbau agar warga tak beraktivitas dulu.
"Kami sudah menghimbau sejak Selasa kemarin, agar para penambang menghentikan aktivitasnya. Itu seiring dengan munculnya lahar dingin, yang biasa muncul siang hari atau sehabis pukul 12.00 WIB," paparnya.
Sugiana, Kades Karangrejo, mengatakan, luapan lahar dingin di Kali Putih saat ini memang cukup deras, dibandingkan sebulan lalu, yang sempat menghanyutkan delapan truk.
Mengapa demikian? Menurutnya, sejak adanya larangan menambang dari Polres Blitar, tak ada aktivitas penambangan sehingga material di kali menumpuk.
Akibatnya, sekali muncul lahar dingin, tumpukan material yang terbawa air hujan itu dengan cepat meluber ke kali yang selebar sekitar 200 meter tersebut. (Imam Taufiq)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/suryamalang/foto/bank/originals/lumpur-dingin-blitar_20160224_225709.jpg)