Blitar
Takut Dikucilkan Tetangga, Keluarga Eks Gafatar Blitar Enggan Dipulangkan ke Rumahnya
Mereka dipulangkan setelah tinggal dua tahun di Kalimantan Timur (Kaltim), tepatnya di Desa Mendung, Kecamatan Muarapahu, Kabupaten Kutai Barat.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: musahadah
SURYAMALANG.COM, BLITAR - Pemulangan anggota eks Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara) asal Kabupaten Blitar, terus berlangsung.
Rabu (24/2) pagi, satu keluarga, terdiri tiga orang, tiba di Kantor Dinas Pemuda. Olah Raga, Budaya, dan Pariwisata (Porhudpar) Pemkab Blitar.
Mereka adalah Yudi Suliswanto (34), istri, Nila Wati (34), serta anaknya yang berusia enam bulan, Juang Mukti Pertama.
Mereka dipulangkan setelah tinggal dua tahun di Kalimantan Timur (Kaltim), tepatnya di Desa Mendung, Kecamatan Muarapahu, Kabupaten Kutai Barat.
Tiba di kantor Porhudpar, siang itu, Yudi enggan dipulangkan ke kampung halamannya, di Desa Pakisaji, Kecamatan Kademangan. Dia khawatir tak diterima warga setempat.
"Kami bingung, mau pulang ke mana. Di rumah orangtua saya, juga dihuni banyak keluarga. Ada keluarga kakak dan adik saya, sehingga kami nggak mungkin tinggal serumah di situ. Malah, jadi beban mereka. Ditambah, kami juga khawatir, warga sekitar nggak mau menerima kehadiran kami karena dikait-kaitkan dengan pengikut aliran yang dianggap sesat," tutur Yudi.
Padahal, akunya, kepergiannya ke Kaltim itu, tak ada kaitannya dengan aliran itu, melainkan hanya semata-mata ingin mengubah kehidupannya.
"Kami ini justru nggak paham dengan tuduhan itu, wong kami ini nggak ikut aliran tertentu. Kami di sana, hanya bercocok tanam," paparnya.
Karena enggan balik ke kampung halamannya, akhirnya Yudi beserta anak dan istrinya minta diantarkan pulang ke rumah mertuanya, di Desa Plosoharjo, Kecamatan Pace, Nganjuk. Mereka diantarkan petugas Kesbangpol Linmas dan Dinas Sosial Pemkab Blitar.
"Meskipun tak tinggal di sini, namun mereka tetap jadi catatan kami. Sebab, informasinya mereka itu tergabung pada eks Gafatar Sidoarjo sejak dua tahun lalu," tutur Drs Mujianto, Kepala Kesbangpol Linmas saat mengantarkan Yudi pulang ke Nganjuk.
Yudi menambahkan, selama dua tahun tinggal di Kaltim, kehidupannya sudah mulai membaik. Tiap hari, ia bercocok tanam, bersama pendatang lainnya, seperti asal Blitar sendiri, Kediri, Trenggalek .
Mereka tinggal sekampung, di perkampungan yang tak lain bekas hutan, yang sudah dibuka jadi ladang pertanian.
"Kalau jumlah pendatangnya, cukup banyak. Namun, yang tinggal sekampung dengan kami ada sekitar 70 KK," tutur Yudi.
Sebagai sesama perantauan asal Jatim, menurutnya, ikatan emosionalnya cukup kuat. Di antaranya, saling membantu atau bergotong royong dalam bertani.
Yudi berangkat ke Kaltim dua tahun lalu diajak orang Sidoarjo. Dia enggan menyebutkan identitas orang yang mengajaknya.