Blitar
Takut Dikucilkan Tetangga, Keluarga Eks Gafatar Blitar Enggan Dipulangkan ke Rumahnya
Mereka dipulangkan setelah tinggal dua tahun di Kalimantan Timur (Kaltim), tepatnya di Desa Mendung, Kecamatan Muarapahu, Kabupaten Kutai Barat.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: musahadah
Bahkan, saat berangkat dan sampai tiba di tempat tujuan, paparnya, tak ada pesan khusus apalagi doktrin tertentu. Intinya, ia mengajak agar dirinya dan pendatang lainnya, agar bisa mengubah nasibnya.
"Ternyata, selama dua tahun tinggal di sana, kami nggak kekurangan makan. Kami hidup bertani dan hasilnya, kami ambil sendiri. Untuk beras, memang selama dua tahun, kami masih dijatah karena kampung kami jauh dari perkampungan terdekat," ungkapnya.
Soal lahannya, Yudi mengaku, itu sudah disiapkan sebelum para pendatang tiba di lokasi. Saat itu, ia berangkat ke sana, bersama 20 orang asal Blitar, dengan naik kapal laut, yang biayanya sudah ditanggung orang Sidoarjo tersebut.
"Nah, di saat kehidupan kami sudah mulai membaik, tiba-tiba muncul isu seperti ini. Akibatnya, kami yang jadi korban. Kehidupan kami kembali tak jelas lagi karena nggak tahu apa yang akan kami kerjakan di jawa ini, untuk menghidupi keluarga," ungkapnya.
Menurutnya, dirinya dipulangkan bersama 20 KK, yang berasal dari Trenggalek, Tulungagung, Madiun dan Ponorogo.
Mereka dipulangkan dengan pesawat komersial, dan tiba di Bandara Juanda, Selasa (23/2) malam kemarin.
Saat ini yang belum dipulangkan ada sekitar 70 kK. Mereka masih menempati rumah-rumah yang ada di tengah ladang pertanian tersebut.
"Jaraknya dari kampung terdekat sekitar 30 km. Kalau malam, ya gelap sehingga pakai penerangan dari genset. Namun, kami dan para pendatang lainnya, merasa damai, karena ada ladang, yang bisa kami garap, dan hasilnya kami ambil sendiri," pungkasnya.