TKW Malang Tewas

Dinilai Kematian TKW Asal Malang Tak Wajar, Suami Eka Ingin Keadilan

"Laporan yang kami terima, Eka kesetrum listrik dari sistem pemanas air di kamar mandi,"

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM/Hayu Yudha Brabowo
Sejumlah petugas menurunkan peti jenasah almarhumah Eka Suryani di Kamar Mayat Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, Jumat (26/2/2016). Jenasah Eka Suryani yang merupakan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang meninggal di Tiongkok akan menjalani otopsi untuk mencari tahu penyebab kematian. 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Beberapa hari menjelang 40 harinya, jenazah Eka Suryani tiba di Malang, Jumat (26/2/2016). Jenazah buruh migran Indonesia asal Desa/Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang itu langsung dibawa ke Kamar Mayat RS Saiful Anwar Malang.

Jenazah langsung dibawa ke Kamar Mayat karena akan menjalani otopsi. Keluarga menyetujui otopsi tersebut untuk mencari penyebab kematian TKW yang bekerja di Hong Kong tetapi meninggal di Tiongkok itu.

"Saya mencari keadilan. Saya dan keluarga setuju untuk mencari jawaban atas meninggalnya istri saya. Karena saya menduga ada yang tidak wajar dalam kematiannya," ujar Indra Teguh Wiyono, suami Eka.

Indra menduga kematian istrinya tidak wajar. Sebab sebelum meninggal, beberapa kali istrinya mengeluh. Keluhan itu disampaikan kepada Indra melalui pesan di whatsapp. Eka mengaku mendapat perlakukan kasar dari majikannya, seperti dipukul dan dimarahi.

"Dua kali istri saya sempat kabur dan mengadu ke agen, hanya saja tetap disuruh kembali ke majikannya. Terakhir dia bilang tidak kuat bekerja di sana," imbuh Indra.

Eka baru bekerja selama tujuh bulan di Hong Kong. Tetapi dari beberapa bulan itu, satu bulan di antaranya ia bekerja di Tiongkok, meskipun tetap pada majikan yang sama.

Ketika berada di Tiongkok inilah maut menjemputnya. Eka meninggal dunia 23 Januari 2016. Departemen Forensik Kepolisian Tiongkok menyebutkan kalau Eka meninggal dunia karena kesetrum aliran listrik dari sistem pemanas air di kamar mandi.

"Laporan yang kami terima, Eka kesetrum listrik dari sistem pemanas air di kamar mandi," ujar Staf Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Guangzhou Hotma Napitupulu yang ikut mengantar jenazah Eka ke RSSA Malang.

Saat ditanya kenapa pemulangan Eka membutuhkan waktu sampai hampir 40 hari, Hotma menjawab karena ada keputusan yang berbeda dari suami Eka. Ia menyebutkan jika awalnya suami Eka menyetujui adanya otopsi di Tiongkok. Namun beberapa hari kemudian, suaminya membatalkan otopsi tersebut. Kemudian, pihak Tiongkok juga terbentur libur Imlek.

"Jadi itu yang membuat cukup lama. Awalnya diusahakan belum sampai Imlek, jenazah bisa dipulangkan, ternyata ada keputusan yang berubah," lanjut Hotma.

Sedangkan Koordinator Tim Kuasa Hukum Eka, Bakti Riza Hidayat menegaskan kalau otopsi tersebut awalnya diminta oleh pihak kepolisian Tiongkok. Keluarga kemudian menyetujui permintaan otopsi itu. Keluarga diminta datang ke Tiongkok untuk membicarakan lebih lanjut tentang rencana otopsi itu.

"Ternyata ada informasi kalau otopsi di Tiongkok, tidak semua organ tubuh Mbak Eka nantinya dibawa pulang. Organ dalam ditinggal. Jadi keluarga tidak mau, akhirnya otopsi di sana digagalkan dan otopsi dilakukan di Indonesia," tegas Bakti. Otopsi itu diharapkan bisa menguak penyebab kematian Eka.

Jenazah Eka diterbangkan di Guangzhou, Kamis (25/2/2016). Jumat (26/2/2016) pukul 08.00 wib, jenazah Eka tiba di terminal cargo Bandara Juanda. Keluarga dan tim kuasa hukum menjemputnya di bandara tersebut. Pukul 11.50 wib, jenazah Eka tiba di RSSA Malang.

Jenazah Eka terbungkus di sebuah peti kayu. Peti kayu itu beruliskan Bahasa Tiongkok. Tulisan 'Head' dan Foot' menjadi penanda letak kepala dan kaki jenazah itu. Peti itu berat.

Ketika tiba di Kamar Mayat, petugas laki-laki di ruangan itu sedang menunaikan ibadah shalat Jumat. Hanya ada satu orang petugas perempuan, dan seorang petugas laki-laki. Walhasi penurunan peti jenazah dari ambulans terbilang sulit karena petinya berat dan besar.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved