Malang Raya

Inilah Rekomendasi Pakar UB untuk Jembatan Soekarno-Hatta

“Yang jelas gambar yang beredar itu enggak bener. Kalau kondisi sudah begitu (seperti pada foto hoax), jembatan pasti sudah roboh (ambruk),”

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM/Hayu Yudha Brabowo
Kondisi jembatan Jalan Soekarno Hatta Kota Malang di foto dari lantai delapan Apartemen Menaara Soekarno Hatta Kota Malang, Kamis (3/3/2016). Beredarnya foto jembatan Soekarno Hatta yang melengkung diduga akibat distori panorama ramai diperbincangkan di media sosial dan meresahkan warga 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN – Pakar Konstruksi Universitas Brawijaya Sugeng Prayitno Budio mengatakan, perlu ada kajian ulang terkait kelayakan Jembantan Soekarno-Hatta (Suhat).

Kajian terakhir dilakukan 2013 dengan hasil ada penambahan lendutan sekitar 10,8 centimeter (cm). Jika ditambah dengan lendutan dari gambar perencanaan pembangunan awal, maka total lendutan pada tahun itu mencapai 20,8 cm dari titik horisontal.

Hasil lendutan itu kerlihat pada bentang jembatan sebelah barat yang panjangnya sekitar 60 meter. Sisi ini memang lebih panjang dari bentang sebelah timur yang hanya sekitar 40 meter.

Menurut dia, untuk mengetahui layak tidaknya jembatan tersebut dipakai, perlu diadakan investigasi atau kajian ulang. Hal itu perlu dilakukan untuk menjawab masalah kelayakan jembatan yang tak boleh dilihat hanya dari pandangan kasat mata apalagi dari foto.

“Yang jelas gambar yang beredar itu enggak bener. Kalau kondisi sudah begitu (seperti pada foto hoax), jembatan pasti sudah roboh (ambruk),” kata Sugeng, Kamis (3/3/2016).

Dari hasil kajian tersebut, tim UB merekomendasikan agar beban jembatan dikurangi menjadi tinggal 30 persen dari total kekuatan jembatan menahan beban. Salah satu solusinya, yaitu melarang kendaraan besar semacam truk dan bus melintas di jembatan. Aturan itulah yang berlaku hingga saat ini.

Sugeng mengimbau kepada para pengguna jalan agar memperhatikan tata tertib lalu lintas. Dengan penggunaan jembatan yang wajar, kata dia, usia jembatan akan lebih panjang. Selain itu, masyarakat juga diimbau agar tidak membuang sampah di sungai. Mesti terlihat sepele, hal ini berpengaruh terhadap ketahanan tiang penyangga jembatan.

“Kalau banyak sampah, air menggenangi penyangga dan membuat karat,” ujarnya.

Terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Kota Malang Handi Priyanto berpendapat Jembatan Soekarno-Hatta (Suhat) masih cukup kuat untuk menahan beban jika jembatan hanya untuk dilintasi, bukan untuk tempat pemberhentian kendaraan sambil menunggu lampu merah.

Sebab itu, Dishub pekan lalu telah memasang rambu lampu merah baru sebelum jembatan. Rambu ini mengatur agar pengendara yang akan berbelok ke arah Dinoyo berhenti sebelum melintasi jembatan.

Sebelumnya, lampu merah terpasang di sisi ujung selatan. Sehingga kendaraan yang ingin menuju arah Dinoyo berhenti tepat di atas jembatan. saat jam padat seperti pagi dan sore hari, panjang antrean bisa mengekor hingga ke ujung jembatan sisi selatan.

"Kami sudah berupaya merekayasa lalu lintas agar di area tersebut. Wewenang kami hanya sebatas pengaturan rambu," kata dia, Kamis.

Sayangnya, oleh pengguna jalan, aturan tersebut banyak tak diacuhkan. Pantauan SURYAMALANG.COM di lokasi, kendaraan banyak yang menerobos lampu merah dan tetap menunggu di sisi utara jembatan.

"Tetapi traffic light tersebut rupanya hanya dianggap sebagsi lampu taman yang tidak digubris sama sekali keberadaannya. Manakala terjadi sesuatu kami tidak lagi akan disalahkan karena sudah berupaya menyelamatkan pengendara," ungkapnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved