Malang Raya

Begini Penjagaan Ali Imron dan Umar Patek, Terpidana Teroris Selama di Malang

“Kami koordinasi dengan Brimob. Kita banyak koordinasi, mereka bilang ke kami bisa bantu (berhubungan dengan) Jakarta,"

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM/Hayu Yudha Prabowo
Umar Patek (kiri, terpidana kasus terorisme bersama Jumu Tuani (kanan), mantan narapidana kasus terorisme saat akan masuk ke dalam Meeting Room Hotel Savana Kota Malang, Senin (25/4/2016). Mereka bersama Ali Imron menjadi pembicara dalam Seminar Resimen Mahasiswa Mahasurya Jatim bertema Kontra Radikal dan Deradikal Demi Mencegah Instabilitas dan Menjaga Keutuhan NKRI. 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN  – Kehadiran dua terpidana teroris Ali Imron dan Umar Patek di Hotel Savana untuk menjadi pembicara dalam Seminar Resimen Mahasiswa Mahasurya Jawa Timur, Senin (25/4), cukup menyita perhatian. Apalagi, dua bekas teroris pelaku Bom Bali 1 itu masih berstatus terpidana aktif.

Ali Imron datang ke Malang dari penjara di Jakarta Minggu (24/4/2016) malam. Pada saat yang hampir bersamaan satu narasumber lain yang juga bekas terpidana teroris dan mantan Komando Pusat Hujad Maluku, Jumu Tuani, juga sudah tiba dan menginap di sana.

Sementara Umar Patek baru sampai di lokasi pagi harinya dari Lapas Klas 1 Surabaya di Porong, Sidoarjo.

“Ali Imron datang dengan perjalanan udara. Sementar Umar dengan perjalanan darat,” kata Komandan Rensimen Mahasiswa Mahasurya Jatim, A El Zam Zami, usai seminar.

Ia bersyukur acara itu berjalan dengan lancar. Sebelumnya, ia juga sempat khawatir acara akan batal atau terganggu karena narasumber yang direncanakan hadir adalah narapidana yang tergolong susah ditemui.

Untuk mengundang dua terpidana teroris itu datang ke sebuah kegiatan tentu tak mudah. Tapi tanpa disangka, hal itu bisa diurus dalam tempo antara tiga sampai empat pekan.

Zam Zami menjelaskan, terpikir untuk mengundang dua narasumber itu karena relevan dengan tema yang akan diangkat, yaitu “Generasi Penerus Bangsa Bersinergi Mendukung Program Pemerintah: Dalam Rangka Kontraradikal dan Deradikalisasi demoi Mencegah Instabilitas serta Menjaga Keutuhan NKRI”.

“Kami koordinasi dengan Brimob. Kita banyak koordinasi, mereka bilang ke kami bisa bantu (berhubungan dengan) Jakarta. Untuk mengeluarkan mereka juga tidak gampang,” tambah dia.

Zam Zami mengatakan, seluruh perizinan dan syarat agar dua terpina beda sel itu bisa ikut dalam seminar dibantu oleh Brimob. Termasuk juga pengurusan izin di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Ia menyebut, Menwa Jatim dan Brimob cukup dekat. Apalagi sejak Menwa sering berlatih menembak di markas Brimob.

Pihaknya hanya menyampaikan saja keinginan untuk mengundang mereka. Setelah Ali Imron dan Umar pasti bisa hadir, undangan bagi para peserta baru disebar. Tepatnya H-4 sebelum seminar dilaksanakan.

“Semua kami undang Jumat. Kami silent mainnya. Saya khawatir juga, sebenarnya, karena tidak tahu ada pendukung mereka atau tidak di Malang,” ucapnya.

Zam Zami juga sudah memperhitungkan akibat-akibat lain, misalnya penyerangan dari kelompok radikal yang menyebut Ali Imron dan Umar penghianat. Maklum, dua terpidana itu termasuk bekas teroris yang ikut dalam program deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

“Intinya kami hati-hati,” katanya

Sepanjang seminar, Ali Imron dan Umar menyampaikan banyak hal tentang terorisme. Termasuk juga banyaknya jenis terorisme saat ini. Mereka juga menyampaikan cara-cara mencegah radikalisme masuk dalam keluarga.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved