Malang Raya
Legenda Desa Bumiayu Antarkan Guru RA Muslimat NU 24 Malang Juara Lomba Mendongeng
"Anak-anak juga perlu mengetahui cerita legenda atau cerita tradisional. Agar tidak hanya mengenal sosok Batman dan lain-lain," katanya.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: musahadah
SURYAMALANG.COM, SUKUN - Muhammad Syafiudin Iqbal Maus menjuarai lomba mendongeng memeriahkan pameran buku Gramedia di Cyber Mall Kota Malang, Minggu (1/5/2016).
Siswa kelas 6 di SDN Lesanpuro 4 Kota Malang ini juara di kategori anak-anak.
Syafiudin mengaku kerap ikut lomba seperti pidato, karate, mendongeng dan adzan . "Saya senang bisa menang di sini," kata Syaifudin yang pernah siaran di Radio Mas FM di acara Dongeng Keluarga.
Pertama kali ia ikut lomba dongeng pada 2012 dan meriah juara dua. -juara dua.
"Kalau mendongeng, mama sering mengajari," kata putra, Susiana, seorang guru di TK Satu Atap Buring.
Sedangkan kategori dewasa dimenangkan Elfi Budianto, guru RA Muslimat NU 24 Jl Ki Ageng Gribik, Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.
Ia membawakan dongeng "Legenda Desa Bumiayu".
"Anak-anak juga perlu mengetahui cerita legenda atau cerita tradisional. Agar tidak hanya mengenal sosok Batman dan lain-lain," katanya.
Dunia mendongeng bukan hal baru baginya. Bahkan baru-baru ini ia meraih juara harapan pertama tingkat nasional di Porseni guru RA, Jakarta.
Dibalik kisah "Legenda Desa Bumiayu" mengangkat sifat tolong menolong mahluk Allah. Yaitu burung rajawali yang terjepit ditolong gadis yatim piatu.
Menurutnya, sebenarnya banyak yang bisa mendongeng. Namun untuk tampil di depan umum memang tidak semuanya berani. Dengan kegiatan seperti ini bisa memasyarakatkan dongeng.
Cicik Winarni Herlambang, salah satu juri menyatakan secara umum, cerita yang disampaikan peserta sudah sesuai untuk anak-anak. "Sebab ada hikmah dari ceritanya," tutur Cicik.
Menurut dia, peserta anak-anak sudah berani tampil. "Perlu ditunjang dari orang tua agar anak berani tampil dengan sering ikut lomba," kata wanita berhijab ini.
Katanya, mendongeng untuk anak sudah hampir punah. Karena anak lebih gemar bermain gadget atau bermain di mall daripada diajari mengikuti kompetisi berbau edukasi.
"Selain membudayakan baca, anak bisa menceritakan lagi dari apa yang dibacanya," katanya.