Laporan Khusus
Cabut "Channel" TV Berlangganan Demi Anak Fokus Belajar
"Dan yang terpenting, menurut saya adalah pendidikan tentang seks untuk anak, sehingga anak lebih mengerti dan tidak terjerumus,”
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - L Rahayu Sasmita menyetujui gerakan moral mematikan televisi di waktu utama (prime time). Menurutnya, beberapa orang sudah melakukan hal itu, terutama yang memiliki anak sekolah di rumahnya.
Manajer Marketing Komunikasi Malang Town Square ini, tidak menampik media pembawa informasi apapun ke dalam rumah.
"Karena memang saat ini agak sulit, sebab harus diakui di sisi lain, kecanggihan teknologi informasi memang dibutuhkan, bahkan oleh anak sekolah.” Ujar Sasmita.
Untuk urusan TV, keluarganya cukup ketat kepada empat orang anak usia sekolah di rumah Sasmita. Ia mematikan channel TV berlangganan.
“Karena kalau kecolongan pengawasan, bisa repot. Jadi kami memilih mencabut channel berlangganan. Terus kalau malam hari waktunya belajar, memang TV tidak boleh hidup,” ujarnya.
Sementara itu tentang gadget, menurutnya, orang tua harus mengawasi pemakaian barang tersebut. Kalau perlu, imbuhnya, orang tua tidak perlu memberi ponsel yang canggih jika di rumah.
Kebutuhan pemakaian pelajar akan akses internet, lanjutnya, kini bisa dilakukan di sekolah. Kegiatan belajar mengajar di sekolah memakai laptop atau komputer yang terkoneksi dengan internet.
“Menurut saya pemakaian harus proporsional, karena tidak semua informasi itu jelek. Dan yang terpenting, menurut saya adalah pendidikan tentang seks untuk anak, sehingga anak lebih mengerti dan tidak terjerumus,” tegasnya.