PPDB 2016

Anak Tidak Lolos Verifikasi, Orangtua Siswa Berprestasi Kecewa

"Saya tadi melihat pengumuman di papan, anak saya tidak lolos verifikasi," jelas Suwono

SURYAMALANG.COM//Sylvianita Widyawati
Ini adalah orangtua yang kecewa anaknya tidak diterima di jalur prestasi karena tidak mendapat rekom ke sekolah negeri yang diinginkan, Senin (27/6/2016). 

SURYAMALANG.COM, LOWOKWARU - Pengumuman jalur prestasi dari hasil verifikasi untuk jenjang SMP, SMA dan SMK oleh Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Malang membuat orangtua dan siswa prestasi digayuti banyak rasa, Senin (27/6/2016).

Ada yang sedih karena tidak lolos verifikasi. Ada rasa tidak puas meski lolos verifikasi karena tidak mendapat sekolah sesuai harapan. Ada yang bahagia karena sesuai dengan sekolah yang dituju.

Adalah Suwono, ayah dari atlet sepatu roda yang merasa sedih karena prestasi anaknya tidak diakui.

"Saya tadi melihat pengumuman di papan, anak saya tidak lolos verifikasi," jelas Suwono kepada SURYAMALANG.COM.

Salah satu tangannya menggenggam document keeper. Isinya berbagai prestasi dari Yossy Aditya. Andalan prestasinya adalah saat pra pon pada 2015 mendapat medali perak. Sekarang anaknya masuk tim PON Jatim.

"Tadi sudah saya tanya ke orang Dindik mengapa anak saya tidak lolos. Katanya sudah keputusan tim. Mbok, siswa prestasi ini dihargai," ungkapnya dengan wajah sedih.

Anaknya ingin masuk SMAN 2 dengan NUN 31,8.

Ia berniat ke KONI Kota Malang untuk mencari solusi. Sebab oleh induk organisasinya disuruh mengumpulkan piagam-piagam untuk dibantu ke dindik.

Wajah kecewa juga dirasakan oleh Elly Sukmawati. Prestasi anaknya, atlet sepatu roda yaitu Romeo Alif Pratama juga kandas di tingkat verifikasi. Salah satu andalan prestasinya adalah kejurnas sepatu roda ibu negara pada 2014 dimana ia meraih juata 3.

Menurutnya, anaknya ingin sekolah di SMPN 5 atau SMPN 20 karena dekat domisili rumahnya di Jl Cipunegara.

"Padahal kemarin yang memilih-milih sertifikat prestasi (saat verifikasi) orang dindik sendiri. Kan penghargaannya satu map," jelasnya.

Ia berharap anaknya yang memiliki NUN 33,6 masih bisa masuk sekolah negeri impiannya. Ditanya apa setelah ini akan memilih jalur wilayah, Elly masih berusaha mencoba mendapat kepastian jalur prestasi.

Jika tidak berhasil, jalur wilayah akan jadi opini berikutnya. Ia kemudian mengenang anaknya yang latihan siang malam untuk membawa nama Jawa Timur namun kandas dalam pengakuan verifikasi prestasi.

"Pengorbanannya banyak," jawabnya.

Bambang Rukminto juga sedih anaknya, Pio, tidak lolos ke jalur prestasi. Anaknya pernah juara I kegiatan Pramuka mewakili Kota Malang di Pasuruan lewat East Java Scout Chalenge pada 2015.

"Ada temannya dari SD lain bisa lolos. Sedang anak saya tidak," kata Bambang. Siswa alumnus SD Lab UM ini memilih SMPN 1,4 dan 5. "Apa ada permainan? Apa perlu dilaporkan ke ombudsman?" kata warga Sawojajar ini.

Sedang Ferren dapat rekom mendaftar di SMPN 12. Padahal ia memilih SMPN 20 karena dekat dengan asrama tentara Belanegara, Rampal. Ia diantar ayahnya melihat pengumuman hasil verifikasi di dindik.

"Kalau di SMPN 12 di Sukun jauh dari Rampal. Sementara ayah saya tidak selalu bisa mengantar karena dinas luar kota," tutur Ferren, atlet Sepak Takrow.

Kalau di SMPN 20, ia bisa berangkat sendiri jika tidak ada yang mengantar. Sebab ibunya jualan dan kakak-kakaknya bekerja. NUN-nya dia 23. "Saya tidak berani naik angkot," tuturnya.

Sedang M Haikal gembira karena bisa lolos ke SMAN 6 dengan bekal sebagai juara I grup di Liga Pendidikan Indonesia Kota Malang.

"Di provinsi gagal di babak penyisihan," kata alumnus SMPN 21 ini.

Ia hanya mengajukan satu SMAN saat verifikasi prestasi.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved