Malang Raya
Hari Pertama Masuk Sekolah, Siswa Baru SMAN 1 Belajar Nyanyi
Menurut Sutiaji, tanggung jawab pendidikan tidak sepenuhnya di sekolah. Tapi juga pada orangtua.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Hari pertama Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) di SMAN 1 Kota Malang diisi belajar menyanyi lagu mars Mitreka Satata. Seorang guru berpakaian cokelat khaki mengajar siswa menyanyi di aula lantai 3, Senin (18/7/2016).
Para siswa baru yang masih mengenakan baju seragam biru putih mengikuti lagu mars yang diajarkan oleh guru tersebut.
"Kegiatan PLS hari pertama antara lain mengenai tata krama, wawasan kebangaan, sejarah SMAN 1, logo, semboyan," jelas M Taufiq Fisilmi, Ketua OSIS ini kepada SURYAMALANG.COM.
Menurut siswa kelas 12 IPA 6, PLS tahun ini sistemnya beda karena sudah ada aturan permendikbudnya.
'Yang membuat konsep acara dan jadwal guru. OSIS sebagai pendamping panitia dari satu mata acara ke acara lain," kata dia.
PLS dilaksanakan sampai Rabu (20/7/2016). Menurut dia, pada tahun 2015 lalu saat masih bernama MOS (Masa Orientasi Sekolah), siswa baru diberi tugas-tugas, membawa barang yang dibutuhkan dan lain sebagainya.
Wakil Wali Kota Malang Sutiaji mengunjungi SMAN 4. Sebelumnya, ia juga ke SMPN 1. Begitu datang, ia langsung masuk sekolah. Ia juga sempat ngobrol dengan wali murid, siswa baru dan panitia.
Ia berpesan agar dalam PLS tidak kekerasan dan perploncoan. Sutiaji juga sempat minta jadwal PLS ke panitia dan dilanjutkan meninjau PLS di kelas. Sementara pihak sekolah juga mengundang wali murid baru.
Menurut Sutiaji, tanggung jawab pendidikan tidak sepenuhnya di sekolah. Tapi juga pada orangtua.
Ia juga meminta ke kasek agar memantau cita-cita anak-anak
"Saya sudah ke SMPN 1 dan tanya cita-cita anak. Ada yang ingin jadi pemain bola dan arsitek. Nah, orangtua harus memfasilitasinya. Begitu juga dengan sekolah" papar Sutiaji kepada wartawan.
Ia yakin, jika siswa kuat di satu kompetensinya, maka ia akan menjadi anak unggul. Sehingga orang tua tidak bisa menggeneralisasikan anak. Misalkan hanya pintar di akademik.