Surabaya
VIDEO: Sambil Gendong Mayat Bayi, Ibu Miskin Ini Protes Pejabat RSUD dr Soetomo
Perempuan itu menimang-nimang mayat bayi seolah-olah masih hidup. Ia merasa dokter pihak rumah sakit tidak merawat sepatutnya...
Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Keluarga pasangan Muhammad Royhan (24) dan Azizatun Khoiroh (21) sungguh kecewa pada pelayanan RSUD Dr Soetomo Surabaya.
Mereka merasa tidak mendapat pelayanan layak karena dari golongan miskin.
Kategori miskin itu berdasarkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) saat membawa bayinya yang terlahir prematur ke rumah sakit terbesar di Indonesia bagian timur itu.
Awalnya, Azizatun Khoiroh, warga Jalan Tembok Dukuh Gang 9 No 2, Bubutan, Surabaya itu melahirkan bayinya di Rumah Sakit Ibu dan Anak (IBI), Jalan Raya Dupak, Surabaya, Senin (15/8/2016).
Bayi itu diberi nama Muhammad Zafran. Namun, karena terlahir prematur dan alat di sana tidak lengkap, pihak rumah sakit IBI merujuk ke RS dr Soetomo.
"Faktor biaya juga, kami di IBI baru 2 hari sudah kena Rp 3,5 juta. Atas rujukan IBI ke sini supaya lebih murah. Kok malah seperti ini," kata Muhammad Royhan.
Royhan pun menurut sehingga mengurus SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu). Namun, mereka merasa bayinya tidak mendapat perawatan layak di RSUD Dr Soetomo hingga meninggal dunia.
"Setor nyawa ke sini. Cucuku meninggal karena kami menggunakan SKTM. Semua orang di sini tidak berkemanusiaan. Dia ke sini hidup sehat, sekarang tanpa nyawa," teriak nenek Muhammad Zafran.
Sebagaimana terlihat pada video di atas, nenek itu menangis dan menyesal membawa cucunya ke RSUD Dr Soetomo.
Jika tahu perawatan di rumah sakit itu tidak maksimal untuk pasien miskin, nenek itu berucap bahwa lebih baik utang ke bank untuk biaya peratawan yang baik.
Pada menit berikut terlihat perempuan menggendong mayat bayi Muhammad Zafran. Ia adalah kakak Azizatun Khoiroh.
Besama-sama Muhammad Royhan, keduanya protes kepada Kepala Ruang IRNA Anak, Peni Indrarini.
Perempuan itu terlihat menimang-nimang mayat bayi seolah-olah masih hidup.
Sementara, Kepala Ruang IRNA Anak, Peni Indrarini, tak mau banyak berkomentar.
Perempuan berambut pendek ini baru datang sekitar pukul 14.00 dan menenangkan keluarga almarhum Zafran.
"Hari ini kan mestinya libur, jadi saya baru tahu. Kami juga belum bisa memberikan komentar atas kejadian ini karena saya harus tahu urutan kejadiannya terlebih dahulu," ujarnya.