Malang Raya
Mendikbud Muhadjir dan Gubernur Soekarwo Sepakat Ubah Cerita Sejarah Singasari saat Main Ketoprak
"Ini kok ada Tumenggung Malang, diada-adakan. Seharusnya saya jadi Lohgawe, tetapi saya tidak mau didandani, biar tidak dipanggil Pandhita Lohgawe,"
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Ada pemandangan berbeda dalam pembukaan Pekan Budaya Indonesia 2016 di Pendapa Agung Kabupaten Malang di Jl Agus Salim Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (2/9/2016).
Pembukaan acara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini jauh dari kesan kaku. Bahkan, acara itu menjadi menarik dan menjadi tontonan gratis bagi pengunjung yang memenuhi aula Pendapa Agung itu.
Tontotan gratis itu berupa kesenian tradisional, ketoprak. Ketoprak yang disutradarai staf Kemendikbud, Teguh Kenthus itu disebut sebagai Ketoprak Tokoh.
Maklum saja, sejumlah tokoh di Malang, Jawa Timur, sampai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menjadi penampil. Ketoprak itu berjudul Babad Singasari.
Karena bercerita tentang Singasari, maka tokoh yang diperankan tidak jauh dari sejarah Singasari yakni Adipati Tumapel Tunggul Ametung, Ken Dedes dan Ken Arok. "Meskipun ceritanya dikombinasi," ujar Kenthus.
Cerita dikombinasi karena dalam ketoprak itu ada Tumenggung Kanjuruhan yang diperankan Bupati Malang Rendra Kresna dan Tumenggung Malang yang diperankan Wali Kota Malang. Kehadiran tokoh Tumenggung Malang ini menjadi gojlokan Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, yang berperan menjadi Pandhita Lohgawe, penasehat Kerajaan Singasari.
"Ini kok ada Tumenggung Malang, diada-adakan. Seharusnya saya jadi Lohgawe, tetapi saya tidak mau didandani, biar tidak dipanggil Pandhita Lohgawe. Nanti kan tidak ada gubernurnya kalau saya didandani itu. Jadi saya pakai pakaian khas Jawa Timur saja, sehingga tetap dipanggil gubernur," ujar Soekarwo dalam pidatonya sambil terkekeh. Tak pelak, pernyataan Pakde Karwo memantik tawa pengunjung.
Adipati Tunggul Ametung diperankan oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, sedangkan Ken Dedes diperankan seorang penari. Teguh Kenthus berperan sebagai Ken Arok.
Mendikbud Muhadjir Effendy menjadi dewa pelindung sekaligus maha guru, Batara Brahma. Ketoprak dimulai dengan tari-tarian dan kisah masa kecil Ken Arok bersama kedua orang tuanya, Ki Samparan dan Nyai Samparan. Cerita berlanjut hingga Ken Arok dewasa dan menjadi jagoan.
Ketika dewasa, Ken Arok mengabdi kepada Tunggul Ametung. Namun dalam cerita itu, Ken Arok tidak membunuh Tunggul Ametung. Dia mengabdi, bahkan menyiapkan sebuah gawe besar yang disebut Pekan Budaya Indonesia.
Ken Dedes hadir untuk menjemput Tunggul Ametung berpidato di hadapan peserta pembukaan Pekan Budaya Indonesia itu.
"Saya memang disuruh pidato," ujar Hilmar yang memakai kostum berwarna biru.
Kostum yang dipakai Hilmar senada dengan kostum Bupati Rendra dan Wali Kota Anton.
Hilmar dalam pidatonya mengatakan tema Pekan Budaya Indonesia 2016 adalah 'Dari Pinggiran Merajut dan Memajukan Kebudayan Indonesia.
"Bagaimana acara ini memberi ruang selebar-lebarnya kepada pelaku seni tradisi dan budaya di Indonesia, yang selama ini masih terpinggirkan. Karena jika seni tradisi dan kebudayaan diberi ruang seluas-luasnya maka akan hidup di tengah masyarakat," tegas Hilmar.
Usai Hilmar berpidato, giliran Gubernur Soekarwo, dan terakhir Mendikbud Muhadjir. Muhadjir juga melontarkan guyonan kepada hadirin.
"Sak umur-umur, baru saiki aku dipacaki kayak ngene. Dadi Batara Brahma ethok-ethokan, untuk gak dipacaki Batara Kala," kata Muhadjir dalam Bahasa Jawa membuka pidatonya.
Dia menggojlok Pakde Karwo yang menurutnya pintar berkilah.
"Pakde Karwo ini pinter ngeles, enak gak memakai kostum begini biar tetap jadi gubernur. Sumuk sisan nggawe kostum ngene, enak Pakde Karwo," imbuhnya.
Hadirin pun terpingkal-pingkal mendengar guyonan itu.
Muhadjir mengapresiasi pembukaan yang dibikin ala ketoprak itu. Menurutnya, cara itu bisa menumbuhkan minat dan pengetahuan masyarakat tentang seni tradisi. Ia mengatakan pembangunan kebudayaan menjadi gerakan Trisakti Presiden Joko Widodo, bersama dengan kedaulatan politik dan kemandirian ekonomi.
"Kepada para budayawan, aro ramai-ramai mendatangi sekolah mengenalkan budaya luhur Indonesia kepada anak-anak kita," ujar Muhadjir.
Ia juga meminta sekolah lebih banyak mengenalkan aktivitas budaya di kegiatan ekstrakurikuler di sekolah daripada aktivitas kelas yang tidak menyenangkan. Hal itu, nantinya, akan membuat sekolah menjadi nyaman dan menjadi rumah kedua bagi anak.
Ia menyebut pentas Ketoprak Tokoh, sebagai pementasan yang bagus karena ceritanya berbeda. Menurutnya, cerita-cerita rakyat Indonesia yang diangkat dalam cerita ketoprak atau ludruk lebih dimodifikasi. Ia mengaku sepakat dengan Pakde Karwo yang meminta seniman membuat skenario yang lebih membangkitkan semangat.
"Bagaimana cerita ini diwalik (dibalik), tokoh-tokoh cerita rakyat Indonesia menjadi pahlawan bukan menjadi yang kalahan. Seperti dalam cerita Rambo, yang menyebut Amerika menang dari Vietnam," tegasnya.
Bahkan Mendikbud meminta Dirjen Kebudayaan untuk membuat lomba skenario dengan cerita yang dibalik. Ceritanya bagaimana tokoh-tokoh cerita di Indonesia menjadi pemenang melawan penjajah. Menurutnya, kisah-kisah itu bisa memberi inspirasi kepada generasi muda sehingga menjadi generasi yang 'tahan banting' dan 'tidak lembek'.
"Kalau tadi Pakde Karwo memberi hadiah Rp 10 juta kepada seniman yang membuat skenario, ayo Pak Dirjen, bikin lomba penulisan skenario ketoprak atau ludruk yang bisa membangkitkan perjuangan bangsa. Saya juga mau kasih hadiah," tegasnya.
Sebelumnya Soekarwo bercerita kalau dirinya memberikan insentif kepada seniman yang mengubah skenario ketoprak dan ludruk di Jawa Timur.
"Saya kasih seniman Rp 10 juta kepada seniman, tetapi tolong membuat cerita pejuang Jatim tidak kalah sama Belanda. Lakon bisa diubah untuk menjadi dorongan bagi kita untuk menang," tegasnya.