Malang Raya
KPK Gandeng Mahasiswa di Festival Integritas Kampus, Ini Tujuannya
"Mahasiswa itu agen kepanjangan tangan KPK untuk kampanye integritas mencegah korupsi. Sebab banyak yang ingin KPK bubar,"
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM, LOWOKWARU - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggandeng mahasiswa untuk terlibat di Festival Integritas Kampus 2016 yang dilaksanakan di Fisip Universitas Brawijaya (UB) Malang, Kamis (29/9/2016).
Ada 10 tim yang masuk semifinal di acara itu. Mereka mempresentasikan mengenai kampanye sosial dengan tema integritas dari perspektif mereka di depan beberapa dewan juri. Selain itu juga ada wawancara.
Proposal kampanye sosial itu nanti juga harus diaplikasikan dan didanai KPK. Ephi Handayani, Fungsional Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK menyatakan tahun ini pihaknya menyasar mahasiswa.
"Kami menarik mahasiswa sesuai kompetensinya lewat media yang mereka suka," kata Ephi kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (29/9/2016).
Selain di Malang, kegiatan dilakukan di Semarang dan Jogjakarta ke perguruan tinggi yang memiliki prodi Ilmu Komunikasi.
Peserta dari Malang cukup banyak. Ada 71 proposal. Namun yang masuk semifinal ada 10 tim. Selanjutnya dari tiap kota diambil tiga terbaik.
"Mahasiswa itu agen kepanjangan tangan KPK untuk kampanye integritas mencegah korupsi. Sebab banyak yang ingin KPK bubar," katanya.
Menurut dia, integritas tak hanya terkait korupsi. Tapi juga kejujuran, kerja keras, mandiri. Sehingga perspektif integritas luas.
"Makanya tadi saya tertarik proposal mengenai kampanye integritas dengan membaca koran," ceritanya. Awalnya ia sempat berpikir ini apa terkait kampanye membaca.
Namun setelah mencermati presentasinya kelompok dua yang tampil, ia jadi mengerti maksudnya.
Tim yang mendapat apresiasi pribadi dari Ephi adalah kelompok mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip UB.
"Kami mengambil tema tentang gerakan membaca koran. Hal itu berdasar minat baca koran di saat ini sudah rendah," ujar Miftahul Nur I, anggota kelompok usai tampil di depan juri.
Menurut pandangan tim ini, mahasiswa sekarang lebih senang membaca berita di online yang kurang konprehensif. Hal itu berdampak pada cara mereka pandang dan pemikiran dalam menanggapi isu-isu di sekitar.
"Berbeda dengan membaca koran yang lebih konfrehensif," katanya.
Untuk itu, mereka membawa contoh empat koran lokal, termasuk Harian Surya di depan juri.
Dengan begitu, ketika mendapatkan ilmu yang komprehensif, maka mereka makin berintegritas saat memberikan informasi yang konprehensif mengenai pencegahan korupsi.