Blitar

Rayakan 1 Suro, Gelar Larung Sesaji di Pantai Serang Kabupaten Blitar, Begini Suasananya . . .

Acara ritual pada 1 Suro, yang digelar di Pantai Serang, Desa Serang Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, berlangsung meriah

Penulis: Imam Taufiq | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM/Imam Taufiq
Larung sesaji di Pantai Serang, Desa Serang Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar 

SURYAMALANG.COM, BLITAR - Acara ritual pada 1 Suro, yang digelar di Pantai Serang, Desa Serang Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, berlangsung meriah, Minggu (2/10/2016) siang. Ribuan warga memenuhi tepi pantai yang berjarak sekitar 35 Km dari pusat Kota Blitar tersebut.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, warga melakukan larung sesaji di pantai Blitar selatan tersebut. Itu dilakukan setiap hari 1 Muharam atau juga dikenal 1 Suro. Selain sebagai rasa syukur warga atas nikmat atau hasil bumi, yang diperoleh dalam setahun itu, acara itu juga sekaligus untuk mengenalkan potensi wisata laut, yang dikenal penghasil pasir besinya serta deburan ombaknya cukup baik.

Pada ritual itu, warga membuat dua tumpeng raksasa atau setinggi sekitar 3 meter dengan diameter sekitar 4 meter. Sebelum dilarungkan, tumpeng itu diarak mulai pendopo pantai ke bibir pantai, yang berjarak sekitar 300 meter.

Saat diarak itu, warga mengikutinya, dengan berpakaian adat, seperti pakaian petani, nelayan, dll. Tak luput, itu juga diiringi dengan musik jaranan sehingga menambah suasana kian meriah karena sebagian warga mengikuti irama musik tersebut.

Lebih meriah lagi, peringatan 1 Suro itu dihadiri M Rijanto, Bupati Blitar, dan wakilnya, Marhaenis Urip Widodo, serta para pejabat muspida, di antaranya, Letkol (Arm) Surya Dani, Dade Ruskandar SH MH, Kajari Blitar, dan AKBP Slamet Waluya, Kapolres Blitar. Mereka membaur bersama masyarakat.

Tiba di bibir pantai, tumpeng itu ditaruh di depan muspida dan warga. Setelah dibacakan doa, dua tumpeng itu diangkat dan dinaikkan ke atas dua perahu, untuk dibawa ke tengah laut (dilarung). Namun, saat dua tumpeng itu dinaikkan ke atas perahu, warga tiba-tiba berebut makanan yang ada di tumpeng itu. Tak peduli, terjebut air, mereka tetap berebutnya.

Sebab, satu dari dua tumpeng itu tak hanya terbuat dari nasi. Namun, salah satunya, itu terbuat dari buah-buahan dan sayur-sayuran, yang merupakan hasil pertanian warga setempat. Seperti nanas, mangga, melon, salak, tomat, jambu air, kacang panjang, wartel, dll.

"Warga berebut tumpeng yang akan dilarung ke laut itu karena ingin mendapat berkah. Sebab, ada kepercayaan, apabila bisa mendapatkan makanan dari tumpemg itu, kalau petani, panennya bisa tambah melimpah. Begitu juga kalau mereka itu nelayan, hasil tangkapan ikannya nanti tambah banyak," ujar Pramuji (50), warga Desa Bumiayu, Kecamatan Panggungrejo, yang saat berebut tumpeng itu mendapatkan terong.

Begitu dua tumpeng itu mulai dilarung ke tengah laut, warga melihat dari bibir pantai. Sekitar 1 km dari bibir pantai, dua tumpeng itu dijatuhkan ke laut. Dengan dilarungkannya dua tumpeng itu, Handoko, Kades Serang, mengatakan, warga punya keyakinan, dirinya sudah tak punya tanggungjawab lagi karena habis melakukan sedekah bumi.

"Itu merupakan rasa syukur kami atas hasil bumi dan tangkapan ikan laut, yang kami dapatkan dalam setahun ini," ungkapnya.

M Rijanto, Bupati Blitar, menuturkan, ritual 1 Suro itu tak hanya merupakan seremonial tahunan, yang harus dilestarikan namun juga sekaligus harus bisa dijadikan daya tarik wisatawan.

"Agar wisatawan mau datang ke pantai sini, ya kita harus pandai-pandai mengoptimalkan potensi pantainya. Salah satu, ya dengan membuat acara seperti ini. Lihat saja, mereka yang datang itu tak hanya orang-orang tua, namun anak-anak muda juga. Mereka itu bukan warga sekitar sini, namun juga dari luar kota, yang ingin melihat langsung acara ini," pungkasnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved