Malang Raya

Kerudung Sulam Kota Malang Banyak Diminati, Tapi Kekurangan Sumber Daya Manusia untuk Produksi

“Biasanya kalau sulam dipakai lebih nyaman dan enak. Tetapi perawatannya yang susah. Karena tidak boleh dicuci menggunakan mesin cuci,”

Penulis: Sany Eka Putri | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM/Sany Eka Putri
Almira, kerudung sulam handmade Kota Malang 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Nurul Hidayati bisa dikatakan satu di antara pemilik butik di Kota Malang yang memiliki ciri khas, yakni Almira sulam handmade. Semua yang ia buat merupakan buatan sulam tangan. Ada kerudung, kebaya, mukenah, dan asesoris kecil-kecil seperti gantungan kunci. Saat ditemui SURYAMALANG.COM, Nurul sedang sibuk menata kerudung sulam di ruang kerjanya, Senin (3/10/2016).

Ia ditemani dua orang pekerjanya yang ia berdayakan untuk membuat usaha handmade. Sejak 2011 Nurul memulai usaha ini. Ia yang juga seorang dosen Tata Busana di Universitas Negeri Malang (UM) awalnya dimintai seseorang untuk memberikan pelatihan kepada ibu-ibu yang tidak memiliki pekerjaan. Setelah memberikan pelatihan tentang menyulam, lalu ia memberdayakan ibu-ibu untuk membuat kerudung, baju.

“Ada sekitar 100 orang yang saya latih. Setelah pelatihan itu, kan ketahuan mana yang benar-benar memiliki bakat. Saya memberikan mereka kerjaan untuk menggarap kerudung atau baju. Jadi semua yang buat ini ialah mereka ibu-ibu yang saya latih,” tutur dia.

Pesanan paling banyak ialah pesanan kerudung sulam. Semua yang dihasilkan ini 90 persen buatan tangan. Sisanya ada perpaduan rajutan. Pesanan yang ia dapatkan bahkan sampai ke Hongkong dan Malaysia. Kedua negara ini selalu memesan pesanan jilbab Almira Handmade. Dikatakannya, kalau di Indonesia pasarannya sudah merata ke seluruh Indonesia.

“Paling sering itu Bali. Karena saya jualnya melalui reseller. Kadang juga ada yang sudah tahu dan langsung ke sini,” imbuh ibu tiga anak ini.

Dalam sebulan, bisa sampai 6000 kerudung yang dihasilkan oleh pembuat kerudung sulam. Namun, ketika lagi banyak orderan, Nurul kebingungan untuk membuat kerudung sulam. Karena untuk mencari yang memiliki keterampilan menyulam tidak banyak. Oleh karena itu, ia terus melakukan pelatihan kepada ibu-ibu, khususnya yang berminat dengan pekerjaan menyulam. Biasanya mengambil material di rumah kemudian mengerjakan penyulaman di rumah masing-masing.

“Ya tentunya pasti membutuhkan keahlian menjahit dna menyulam ya. Tapi kalau baju kebaya sulam dan kerudung, sebulan Cuma bisa menghasilkan satu 1 baju. Karena tingkat kesulitanya lebih sulit dari kerudung,” terangnya.

Sampai saat ini, Nurul masih sering memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan menyulam. Dia mengatakan, untuk mempertahankan usaha handmade ini, ia terus mengupdate fashion yang sedang berkembang saat ini. Tetapi, model yang ia pertahankan ialah model corak klasik. Karena, menurut dia model klasiklah yang tidak termakan zaman.

“Saya mencari model yang terus ada di setiap perkembangan zaman. Ya model klasik. Karena apabila terus mengikuti perkembangan mode fashion, tidak akan ada habisnya. Hari ini modelnya begini, terus beberapa minggu ganti lagi, yang tadinya trend, tiba-tiba hilang. Beda dengan klasik, akan terus ada,” terangnya.

Corak klasik ini, semisal pemilihan warna yang tidak bosan, seperti kuning kecokelatan, ungu kusam, merah maroon, dan masih banyak lagi. Serta coran klasik ini memiliki sedikit pernak-pernik. Selama ini kota yang terkenal dengan kerajinan sulamnya adalah Padang, Bukittinggi, dan Gorontalo. Almira mengadopsi karakter sulam ketiga daerah tersebut dengan ditambah sentuhan modifikasi modern.

Itulah yang membuat usahanya, meski produknya dibanderol dengan harga yang cukup tinggi, minat masyarakat tak pernah surut. Harga satu lembar jilbab sulam berkisar antara Rp 45 ribu hingga Rp 150 ribu. Sedangkan mukena sulam dihargai Rp 80 ribu hingga Rp 550 ribu. Produk termahal, kata Nurul, menggunakan bahan kain sutra.

Satu dari pecinta Fashion Hijab Sulam, Yayuk Pryanto, mengatakan, produk sulam ini merupakan produk yang ia sukai. Karena memiliki khas dari bentuk warna dan corak. “Biasanya kalau sulam dipakai lebih nyaman dan enak. Tetapi perawatannya yang susah. Karena tidak boleh dicuci menggunakan mesin cuci,” tutur wanita asal Lawang ini.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved