Malang Raya

Inilah Alat Mengatasi Masalah Sampah di Batu Bikinan Mahasiswa UMM dan Singapura

"Sampah ini dari 70 kepala keluarga (KK). Setelah sampah dimasukkan dan ditekan bisa tipis. Misalkan kaleng, botol minuman, dan tempat makanan,"

SURYAMALANG.COM//Sylvianita Widyawati
Hasil kerja kolaborasi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan Politeknik Singapura dipamerkan di Auditorium UMM, Kamis (6/10/2016) mengakhiri kegiatan LEx (Learning Express). 

SURYAMALANG.COM, DAU - Sebanyak 48 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Singapore Polytechnic (SP) menyelesaikan tiga proyek di Desa Temas, Kota Batu.

Produknya yaitu pengelolaan bank sampah, industri mainan truk dan serta industri rumahan panci dan oven. Karya mereka dipamerkan di auditorium UMM, Kamis (6/10/2016).

Karya ini dipamerkan setelah sejak Senin (26/10/2016) mereka melakukan observasi lapangan di desa itu. Selanjutnya mereka membuat produknya sebagai solusi masalah.

Hasilnya berupa garbage crusher, yaitu alat penekan agar sampah yang sudah dikirim ke bank sampah dapat diatur sedemikian rupa hingga bisa muat di satu tempat.

Arief Rachman Hakim, koordinator LEx (Learning Express) untuk proyek bank sampah menjelaskan garbage crusher ini menekan atau membuat tipis atau gepeng semua sampah.

"Sampah ini dari 70 kepala keluarga (KK). Setelah sampah dimasukkan dan ditekan bisa tipis. Misalkan kaleng, botol minuman, tempat makanan," jelas mahasiswa prodi Psikologi UMM ini, Kamis (6/10/2016).

Menurut dia, di Desa Temas RW 6, masyarakat merasa kesulitan mencari ruang untuk mengatur sampah yang sudah dipilah. Sampahnya sangat banyak namun tempatnya minim.

Selain garbage crusher, para mahasiswa juga membuat super troller yang berfungsi menjemput sampah dari rumah warga.

Sehingga mereka tak perlu lagi menghabiskan waktu dan tenaga untuk datang ke bank sampah. Dengan adanya alat ini, maka bisa memudahkan pengelolaan sampah di desa itu.

Sedang untuk proyek industri rumahan panci dan oven di desa itu, ditemukan masalah bahwa pengusaha oven lama memproduksi satu oven. Hal itu karena ada proses paling lama pada pelurusan kawat guna dipasang di dalam bagian oven.

"Dalam satu bulan, maksimal hanya bisa dihasilkan maksimal 100 oven," jelas Syol Indra Syafril, koordinator proyek industri rumahan panci dan oven. Karena itu, pengusaha tidak berani menerima banyak pesanan karena pembuatannya lama.

Selama ini, lanjut Syol, kawat diluruskan manual dan menggunakan tangan biasa satu persatu. Agar bisa maksimal waktunya, peserta proyek ini mencari solusinya. Yaitu membuat alat yang memudahkan dalam meluruskan kawat.

Dengan alat tersebut, pengrajin oven cukup memasukkan kawat yang bengkok dan keluar dengan kondisi lurus. Dengan alat ini, maka waktu pembuatan oven lebih ringkas.

Virendra Yadav dari Politeknik Singapura menyatakan kegiatan LEx memang sengaja didesain cepat agar mahasiswa dapat belajar di dunia nyata dan memberikan manfaat kongkrit bagi masyarakat setempat.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved