Malang Raya

Festival Budaya di SMP Sabilillah Kota Malang, Suguhkan Budaya Khas Nusantara

Sukses dengan kegiatan tahunan, SMP Sabilillah Kota Malang kembali gelar Festival Budaya ke-6, Sabtu (5/11/2016)

Penulis: Sany Eka Putri | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM/Sany Eka Putri
Suasana Festival Budaya ke-6 di SMP Sabilillah Kota Malang, Sabtu (5/11/2016). 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Sukses dengan kegiatan tahunan, SMP Sabilillah Kota Malang kembali gelar Festival Budaya ke-6, Sabtu (5/11/2016). Festival budaya ke enam ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kali ini lebih menekankan pada peran orang tua siswa dan para siswa untuk membuat konsep tentang budaya.

Hal ini diwujudkan dengan adanya stand-stand yang menyuguhkan budaya khas Nusantara. Ada stand Bali, Jawa Barat, Jawa Timur, Palembang, Kalimantan Timur, dan masih banyak lagi. Sekitar 10 stand menunjukkan budaya masing-masing daerah.

Seperti yang terlihat di stand yang menyajikan budaya Bali. Di dalam stand ini ada macam-macam kebudayaan khas Bali, mulai dari makanan, replika rumah adat. Stand yang dibuat oleh siswa kelas 7 ini butuh waktu hampir 1 bulan untuk mempersiapkannya.

Diakui Raisha Ilma Aulia, dia dan kawan-kawannya harus belajar tentang kebudayaan tentang Bali. Tetapi, begitu ia diminta untuk menjelaskan tentang replika rumah adat bali, dengan gamblang ia menjelaskan.

"Sebenarnya tidak perlu menghafal. Karena sudah terbiasa kami baca-baca dari buku dan internet jadinya sudah hafal. Tidak sulit kok. Ya meskipun belum pernah ke Bali," kata dia seusai menjelaskan replika rumah adat khas Bali.

Festival yang dihadiri oleh seluruh siswa SMP Sabilillah ini diwarnai dengan macam-macam jenis kebudayaan nusantara. Hampir semua siswa memakai pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia.

Adapun penampilan tarian seperti Tari Jatilan dan musik karawitan. Musik karawitan ini tak hanya alat musik tradisional saja, tetapi juga ada alat musik ala barat yang dimainkan dengan konsep kolaborasi. Seperti terompet, violin.

Kepala SMP Sabilillah, Idi Rathomi Baisya, mengatakan festival ini untuk membentuk sifat kritis dari siswa. Setiap siswa wajib membuat project baik itu dikerjakan secara kelompok ataupun secara individu.

"Ketika siswa membuat beberapa alat dari masing-masing daerah, seperti pedang, mereka harus tahu pedang seperti apa sih yang harus dibuat. Mengapa harus begitu. Nah itu yang sedang kami ajarkan. Agar tidak asal tahu saja," ujar dia.

Ia menambahkan, kegiatan ini akan terus diadakan setiap tahunnya. Kegiatan ini juga untuk memperingati dalam rangka Hari Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved