Kediri
Di Kediri, Harga Cabai Menjadi Sangat Mahal, Ternyata Ini Penyebabnya . . .
"Mayoritas hasil panen petani cabai di Kabupaten Kediri turun drastis. Malahan rata-rata produksinya hanya sekitar 30 persen," ungkap Mujiyo
Penulis: Didik Mashudi | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM, KEDIRI - Kenaikan harga cabai yang terjadi saat ini tidak lepas dari minimnya stok hasil panen petani. Faktor cuaca menjadi penyebab anjloknya produksi tanaman cabai.
"Mayoritas hasil panen petani cabai di Kabupaten Kediri turun drastis. Malahan rata-rata produksinya hanya sekitar 30 persen," ungkap Mujiyo, Sekretaris Asosiasi Agribis Cabai Indonesia (AACI) Jatim kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (9/2/2017).
Dijelaskan Mujiyo, pada awal Februari ini, sejumlah kantong petani cabai yang ada di wilayah Kecamatan Pagu, Gurah, Pare dan Plosoklaten banyak yang gagal panen.
"Saat tanaman cabai sedang berbunga, curah hujan masih tinggi. Sehingga bunganya banyak yang rontok," jelasnya.
Kondisi itu semakin parah karena ada hama patek yang menyebabkan produksi tanaman cabai sangat terpukul. Total ada sekitar 2.000 hektar lahan tanaman cabe dengan hasil panen turun.
Karena stok cabai di pasaran berkurang, kata Mujiyo berlaku hukum ekonomi. "Kalau stoknya minim dan permintaan pasar tinggi, otomatis harganya akan naik," ujarnya.
Saat ini harga cabai rawit di tingkat petani di Kediri telah mencapai Rp 115.000/ kg. Sehingga sampai di pedagang eceran harga cabe masih di kisaran Rp 130.000/kg.
Sementara harga cabe besar di tingkat petani ada di kisaran Rp 48.000 - Rp 50.000/ kg. Sehingga harga cabai besar di pasar masih di kisaran Rp 60.000/kg.
Namun Mujiyo juga menyampailkan pada pertengahan hingga akhir Februari ini dua wilayah kantong tanaman cabai di Kecamatan Kepung dan Puncu juga mulai panen.
Total ada sekitar 2.050 hektar lahan cabai yang mulai memasuki musim panen. "Khusus untuk kedua wilayah itu hasil panennya tidak terlalu turun," tambahnya.
Petani cabe di Kepung dan Puncu kali ini dapat menikmati masa panen yang menghasilkan. Keuntungan panen kali menjadi obat atas kegagalan panen tiga tahun silam akibat bencana erupsi Gunung Kelud.
