Malang Raya
Daripada Mengeluh Hadapi Transportasi Online, Sopir Mikrolet di Kota Malang Ini Bikin Inovasi
Di tempat penumpang duduk, disediakan sebuah tempat sampah tertutup. Stiker branding Beautiful Malang di sisi kaca luar angkot.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Tidak semua sopir mikrolet di Kota Malang pesimis terhadap kehadiran taksi berbasis aplikasi. Teguh Kiswanto (31), contohnya. Sopir mikrolet jalur Arjosari-Dinoyo-Landungsari (ADL) tersebut justru terpacu berinovasi dengan mengembangkan sayap komunitas Neo Angkot Malang.
Penampilannya bersih, dan rambutnya tersisir rapi. Begitu sedikit gambaran Teguh saat ditemui di sekitaran Taman Trunojoyo, tempat dia singgah sambil menunggu penumpang, Selasa (21/2/2017).
Teguh memarkir mikrolet yang biasa dikemudikan di depan halte di Jalan Kertanegara sisi selatan. Seperti sopir lainnya, mikrolet itu juga tampak bersih, baik dalam maupun luar.
Di tempat penumpang duduk, disediakan sebuah tempat sampah tertutup. Stiker branding Beautiful Malang di sisi kaca luar angkot.
Di bagian depan angkot, berjajar huruf ADL di sisi bawah. Sementara di kaca depan atas, tertulis Neo.
Selain menarik penumpang, Teguh juga menerima order dari masyarakat Malang dan luar Malang menuju tempat rekreasi. Ini adalah cara dia agar tidak kalah bersaing dengan taksi online yang santer disebut kian menggerus pangsa pasar angkot.
“Saya mencoba memberdayakan, kerja sama dengan Disbupar (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) Kota Malang. Sudah pernah mencoba citytour saat ada orang dari kementerian,” kata Teguh.
Teguh tidak sendiri. Dia bersama 11 sopir angkot Malang lain turut bergabung dalam komunitas Neo. Selain ADL, angkot itu berjalur Arjosari-Landungsari (AL) dan Gadang-Arjosari (GA).
Komunitas itu membuat standar tidak tertulis untuk para penumpang, antara lain, angkot harus berusia tak terlalu tua agar nyaman untuk ditumpangi, angkot bersih, pengemudi menguasai titik jalur pariwisata, dan bisa menjadi pemandu pariwisata ala kadarnya.
Kesadaran tentang dunia yang mulai berubah sudah dirasakan Teguh sejak lama sebelum transportasi berbasis aplikasi masuk ke Malang. Dia menganggap celah lain yang masih dapat dijajaki mikrolet di Kota Malang adalah moda transportasi wisata. Dia sadar bahwa Kota Malang adalah tempat tujuan wisata utama di Jawa Timur.
“Pasar Angkot Neo untuk para backpacker. Seperti para pendaki Semeru yang naik kereta dan turun di Stasiun Malang. Jadi saya ingin memberdayakan angkot untuk menunjang pariwisata. Itu sebabnya saya bekerja sama dengan pihak pariwisata,” ujar warga Jalan Muharto itu.