Malang Raya

Malaysia Kepincut Shumoo Alat Pengukur Kedalaman Perairan Karya Mahasiswa ITN Malang

alat pengukur kedalaman peraian cenderung berukuran besar sehingga membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk produksi dan penggunaannya

Penulis: Neneng Uswatun Hasanah | Editor: eko darmoko
ITN for SURYAMALANG.COM
Persiapan dan percobaan Shumoo untuk mengukur kedalaman perairan 

SURYAMALANG.COM, LOWOKWARU - Ketut Tomy Suhari, mahasiswa Jurusan Geodesi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang begitu antusias ketika menceritakan mengenai alat yang ia ciptakan, Rabu (1/3/2017).

Alat tersebut bernama Shumoo, diambil dari kepanjangan Small Hydrography Marine Boundary Boat. Yakni alat pengukur posisi, suhu, dan kedalaman suatu perairan berbentuk kapal kecil yang dilengkapi dengan gps, termometer, dan echo sounder.

Terinspirasi dari sulitnya mengukur kedalaman perairan, khususnya perairan dangkal, Tomy sudah berkeinginan untuk membuat alat tersebut sejak ia duduk di tahun pertama kuliahnya.

"Untuk mengukur kedalaman perairan dangkal, seperti danau, biasanya orang harus terjun ke dalam danau dan menggunakan alat pengukur sederhana secara manual," kata mahasiswa asal Singaraja, Bali itu.

Dengan menggunakan Shumoo, pengukuran kedalaman perairan dangkal bisa dilakukan secara otomatis menggunakan jaringan wifi yang langsung terhubung dengan laptop.

"Kapal berukuran 100 cm buatan saya itu bisa dikendalikan menggunakan remote control, kemudian data yang ditangkap oleh gps, termometer, dan echo soundernya akan langsung tergambar pada aplikasi di laptop," jelas mahasiswa kelahiran 30 Mei 1996 itu.

Shumoo, harap Tomy, akan bisa membantu mengukur danau atau sungai untuk berbagai kepentingan. Antara lain untuk kebutuhan pemerintah, wisata bahari, jembatan, dan lain sebagainya.

Sejauh ini, alat pengukur kedalaman peraian cenderung berukuran besar sehingga membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk produksi dan penggunaannya.

"Yang saya tahu, ada alat serupa yang ukurannya dua kali lipat dan harganya mencapai Rp 650 juta. Bahkan yang dari luar negeri harganya bisa sampai Rp 1,5 miliar," kata bungsu dari empat bersaudara itu.

Echo sounder yang Tomy gunakan untuk Shumoo bisa mendeteksi kedalaman hingga 100 meter dan jarak gps hingga 500 meter.

"Saat ini masih dalam proses upgrade karena biaya instrumen yang cukup mahal," ujarnya.

Pembuatan Shumoo selama ini Tomy lakukan menggunakan dana hibah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Ia juga sempat lolos ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2016 namun masih belum beruntung untuk meraih juara.

Alat tersebut sudah dilirik oleh perusahaan asal Malaysia, PT Geoenvi yang tertarik untuk memasarkan Shumoo. Ketertarikan tersebut bermula saat Tomy kerja praktik di Universiti Teknologi Malaysia (UTM) dan salah seorang dosen tertarik dengan alat hasil penelitian Tomy itu.

"Beliau melihat video uji coba Shumoo dan langsung tertarik untuk memasarkannya bekerjasama dengan PT Geoenvi," katanya.

Pihak dari Malaysia akan berkunjung ke ITN ketika momen wisuda yang berlangsung pada 11 Maret 2017 untuk melihat produk Shumoo secara langsung.

Selanjutnya, Tomy juga akan mengembangkan Shumoo untuk bisa beroperasi secara autonomous dan cakupan kedalaman perairan yang lebih tinggi sehingga bisa digunakan di dalam laut.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved