Malang Raya

Tinggi Badannya Seperti 'Raksasa', Kiko Berobat di RSSA Malang Hingga Australia, Ini Hasilnya

"Saya menjalani pengobatan di Australia selama 10 bulan di bawah perawatan oleh Prof Margareth sampai saat ini tumornya hanya tersisa 5 persen,"

Penulis: Neneng Uswatun Hasanah | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM/Neneng Uswatun Hasanah
Kiko Krisnanda (dua dari kanan) bersama dpkter dan pasien tumor kelenjar Hipofisa RSSA, Kamis (8/6/2017). 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Kiko Krisnanda, pasien tumor kelenjar hipofisa RS Saiful Anwar Malang, baru saja pulang dari pengobatan di Australia. Senyum dan tawa tak lepas dari wajahnya ketika menceritakan pengalamannya di Australia pada awak media, Kamis (8/6/2017).

"Saya menjalani pengobatan di Australia selama 10 bulan di bawah perawatan oleh Prof Margareth sampai saat ini tumornya hanya tersisa 5 persen," cerita lelaki usia 21 tahun itu.

Kiko menderita gigantisme atau pertumbuhan tinggi badan yang melebihi normal sejak usia 15 tahun. Awalnya, menurut Kiko, sang ibu santai saja ketika tinggi badan Kiko bertambah pesat setelah khitan (sunat).

"Mama awalnya mikir biasa saja, mungkin pengaruh hormon. Lalu ketika saya terus bertambah tinggi dengan cepat, mama mulai takut," ujar lulusan SMA Frateran itu. Ia kemudian melakukan pemeriksaan di rumah sakit dan barulah diketahui bahwa ia menderita gigantisme.

Beruntung, sang ibu sempat membawa artikel di koran mengenai Yafi Wijayanto yang juga menderita penyakit yang sama.

"Saya langsung searching mengenai dr Haryudi yang disebutkan dalam artikel itu. Lalu kami akhirnya berhasil bertemu dengan dokter di RS Hermina pada 2016," tutur Kiko.

Dokter Haryudi kemudian mengupayakan agar Kiko juga dapat melakukan pengobatan dan operasi di Australia seperti Yafi. Pada Agustus 2016, keinginan tersebut terwujud. Usulan dr Haryudi disetujui Children First Foundation yang membiayai penuh pengobatan Kiko di Australia.

Di Australia, Kiko menjalani operasi pengambilan tumor lewat hidung yang dinamakan dengan transfenoidal. Satu bulan setelah operasi tersebut, Kiko sudah tak lagi harus mengonsumsi obat yang awalnya ia konsumsi setiap hari.

"Sekarang rasanya sudah enak, tidak ada keluhan lagi. Tinggi badan saya juga sudah terhambat. Saat berangkat ke Australia tinggi saya 201 cm dan sekarang hanya menjadi 203 cm," katanya.

Sebelumnya, pertumbuhan tinggi badan Kiko bisa mencapai 15 cm dalam satu tahun. Namun saat ini sudah sangat berkurang jauh.

Dokter yang merawat Kiko di RSSA, dr Haryudi AC SpA mengatakan Kiko masih harus kembali ke Australia untuk menjalani operasi kedua yaitu memperbaiki efek growth hormon di wajah. Operasi itu adalah untuk perbaikan rahang dan tulang wajah terutama pipi yang membesar karena tumor dan mengganggu aktivitas makan dan bicara Kiko.

"Mengapa harus ke Australia? Karena ada alat operasi dan obat-obatan yang belum dimiliki Indonesia. Misalnya Proton Beam Therapy untuk mengambil tumor dengan sinar proton," jelasnya.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved