Malang Raya
Heboh Soal Red Army dan Komunisme di Kota Malang, Ini Penjelasana Peni Suparto
Peni juga tidak mengira kalau isu yang berkembang pasca penurunan baliho bergambar dirinya dan logo Red Army menjadi perbincangan para warganet.
Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, KLOJEN – Ketua Ormas Red Army Peni Suparto membantah kalau Red Army berkaitan dengan Tentara Merah (Pasukan Uni Soviet) maupun komunisme.
Ia justru menegaskan kalau anggota Red Army adalah orang yang nasionalis dan Pancasila tulen. Dalam klarifikasi yang ia terangkan, Red Army adalah ormas yang terbentuk setelah adanya perpecahan PDI Perjuangan Kota Malang menjelang Pilkada 2013.
“Kami Pancasila, kami nasionalis tulen. Justru kami berada di garda terdepan bersama TNI/Polri dan Banser dalam membela Pancasila,” tegas Peni saat memberikan keterangan di hadapan sejumlah wartawan di Resto Batavia, Rabu (5/7/2017).
Peni juga tidak mengira kalau isu yang berkembang pasca penurunan baliho bergambar dirinya dan logo Red Army menjadi perbincangan para warganet. Bahkan Peni juga menyinggung sampainya informasi itu ke Menteri Koorinator Politik dan HAM Wiranto.
“Ini luar biasa,” ujar Peni.
Diterangkan Peni, awal mula terbentuknya Red Army adalah akhir 2012. Kalau itu ada perpecahan di tubuh PDI Perjuangan. Kubu Peni yang saat itu terlempar dari PDI Perjuangan membuat organisasi sendiri untuk mendukung istri Peni, Heri Pudji Utami, maju mencalonkan Wali Kota Malang.
“Saat itu para pendukung dan Timses mendukung bunda untuk maju. Lalu celetuk ada yang mengatakan Red Army,” terang Peni.
Nama itu lantas dipakai hingga saat ini. Landasan filosofis yang diterangkan Peni, makna arti Red atau merah adalah kelompok masyarakata yang masih ada benang merahnya dengan PDI Perjuangan.
"Bukan tentara merah. Pasukan merah pecahan dari PDI Perjuangan,” katanya.
Sementara logo bintang menyimbolkan makna ketuhanan seperti arti pada logo bintang dalam Pancasila. Peni menegaskan di mana letak kesalahan logo itu yang ramai diperbincangkan warga, khususnya di dunia maya.
“Mana yang salah. Apa salahnya?” urainya.
Seiring berjalannya waktu, saat pelantikan pengurus Red Army, ada usulan dari Jenderal (Pur) Joko Santoso, yang saat itu diundang, agar nama Red Army diubah karena identik dengan Tentara Merah yang ada di Tiongkok dan Uni Soviet. Peni lantas menyetujui hal itu dan berencana mengubah nama Red Army menjadi Garda Pancasila.