Nasional
14 Tahun Jadi Menteri, Tapi Atap Rumah Bocor hingga Tak Mampu Berobat, Karyanya Bikin Bangga
Sosok yang pernah menjabat sebagai menteri selama 14 tahun ini hidup bersahaja. Namun karyanya monumental dan berfungsi bagi generasi masa kini.
Soeharto membacakan pidato penghormatannya untuk Sutami.
Dia pun memberi nama Bendungan Karangkates sebagai nama Bendungan Sutami.
Monumental
Menteri yang lahir 19 Oktober 1928 ini adalah menteri termuda yang dipercaya Presiden Soekarno saat berusia 36 tahun.
Tepatnya pada tahun 1964, Ir Sutami bergabung pada Kabinet Dwikora I sebagai Menteri Negara diperbantukan pada Menteri Koordinator Pekerjaan Umum dan Tenaga untuk urusan penilaian konstruksi.
Ketika kekuasaaan Soekarno beralih ke Soeharto tahun 1966, Ir Sutami tetap dipercaya menjadi menteri Pekerjaan Umum hingga tahun 1978.
Ir Sutami adalah Menteri Pekerjaan Umum terlama di era Soeharto dengan masa jabatan selama 12 tahun dan dua tahun di era Soekarno.
Di tangan Ir Sutami, terbangun jembatan Semanggi Jakarta yang hingga kini menjadi salah satu ikon Ibukota.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Yusmada Faizal Samad bahkan menyebut Jembatan Semanggi sebagai karya konstruksi sipil yang fenomenal.
“Suatu struktur konstruksi jembatan panjang (60 meter tanpa penyangga) di Indonesia untuk pertama kali menerapkan teknologi prestressed concrete,” tulis Yusmada seperti dikutip Kompas Properti.
Penerapan teknologi prestressed concrete saat itu memang sempat menuai pendapat pro dan kontra, serta diskursus di tataran akademik.
Pasalnya, kekuatan dan keandalan struktur jembatan tersebut dipertanyakan.
Keraguan pun terjawab. Saat Presiden Soekarno meresmikan jembatan itu pada tahun 1962.
Ketika itu Ir Sutami sebagai penanggungjawab pembangunan Jembatan Semanggi melakukan aksi ‘heroik’.
Dengan mengendarai sebuah jeep, Ir Sutami menuju ke tengah bentang untuk membuktikan struktur jembatan itu kuat.
Soekarno pun sangat puas dan bangga dengan kehabatan Ir Sutami muda ketika itu.
Sejak karya monumental Ir Sutami tak hanya Jembatan Semanggi.
Kubah Gedung MPR/DPR berwarna hijau seperti kura-kura juga menjadi bukti kehebatan Ir Sutami.
Kompleks MPR/DPR itu merupakan hasil rancangan arsitek lulusan Berlin, Soejoedi Wirjoatmodjo, dan salah satu stafnya, Ir Nurpontjo.
Kompleks itu dibangun untuk menggelar Conference of the New Emerging Force (Conefo), dan bangunannya harus bisa menandingi gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Konferensi itu guna menggalang kekuatan di kalangan negara-negara baru untuk membentuk tatanan dunia baru.
Pemancangan tiang pertama pembangunan kompleks Conefo itu dilakukan pada 19 April 1965.
Padahal konferensi internasional sudah harus digelar setahun kemudian.
Sebagai pelaksana lapangan, Ir Sutami menyanggupi pembangunan kompleks itu dalam tempo setahun.
Atap gedung ini mirip dengan prinsip struktur sayap.
Semula atap akan berbentuk kubah murni.
Tapi Sutami selaku ahli struktur bangunan mengingatkan hal itu akan memunculkan masalah serius.
Sebab, hal ini menyangkut pemerataan penyaluran beban gaya vertikal ke tiang-tiang penopang kubah.
Sutami kemudian membuat sketsa dan perhitungan teknisnya.
Dia menjamin kubah semacam itu bisa dikerjakan. Sebab, desain tersebut tak berbeda dengan prinsip struktur kantilever pada pesawat tebang.
Keberhasilan Sutami sebagai pelaksana proyek dan juga turut andil dalam merealisasi atap berbentuk kubah mengundang pujian dari gurunya semasa di ITB, Ir Roosseno.
Ahli beton itu mengakui gedung Conefo sebagai karya besar Sutami.
Ir Sutami juga menjadi pimpinan pusat proyek pembangunan Jembatan Ampera di Sungai Musi, yang kini menjadi kebanggan masyarakat Sumatera Selatan.
Ketika Proyek Listrik Tenaga Air di Maninjau, Sumatra Barat, yang diperkirakan tak akan bisa dibuat akhirnya berhasil,dilakukan berkat tangan dingin Ir Sutami.
Sebagai kekaguman
‘Tukang insinyur’ ini ikut pula membidani lahirnya Fakultas Teknik Universitas Indonesia, serta munculnya dan beroperasinya jalan tol yang sekarang dikenal sebagai tol Jagorawi.
Sutami juga sukses membangun Waduk Jatiluhur dan memimpin proyek pembangunan Bandara Ngurah Rai Bali yang megah hingga kini. (berbagai sumber)
Berita ini sudah dimuat di Tribunjabar.com dengan judul Menteri Termiskin, Atap Rumah Bocor hingga Tak Mampu Berobat, Namun Karyanya Fenomenal di Tanah Air