Malang Raya
Hari Jadi Kota Batu ke 16, Ada 4 Lokasi Ziarah yang Didatangi Pejabat dalam Napak Tilas Leluhur
Punjul menjelaskan, ziarah leluhur ini juga menghormati para leluhur yang merupakan para pendahulu di Kota Batu.
Penulis: Sany Eka Putri | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM - Jelang Hari Jadi Kota Batu ke 16 yang jatuh pada Selasa (17/10/2017), berbagai acara digelar oleh Pemkot Batu.
Di antaranya mulai napak tilas ziarah leluhur ke empat lokasi.
Empat lokasi itu di Makam Mbah Patok, di Candi Supo, Songgoriti, Makam Mbah Mayangsari di Desa Pesanggrahan, Petilasan Tunggul Wulung di Desa Torongrejo, dan di Makam Mbah Batu Desa Bumiaji.
Ziarah leluhur ini diikuti beberapa pejabat Pemkot Batu. Tampak pula Calon Wali Kota Batu terpilih Dewanti Rumpoko juga turut mengikuti ziarah leluhur.
Plt Wali Kota Batu, Punjul Santoso mengatakan ziarah leluhur ini mengingatkan kembali kepada leluhur.
"Ya ini kegiatan rutin yang dilakukan, agar kita ini selalu ingat pada leluhur kita. Bukan terus diartikan sirik atau apa. Kita juga mengajarkan kepada penerus kita siapa sih leluhur," kata Punjul di sela-sela berziarah di Makam Mbah Supo, Senin (16/10/2017).
Suasana ziarah leluhur ini dipenuhi dengan berbagai ritual adat.
Seperti halnya di Makam Mbah Supo.
Dengan di pandu juru kunci candi Songgoriti, beberapa pejabatpun duduk dengan beralaskan karpet biasa.
Tak lupa perlengkapan doa seperti dupa, kemenyan, meri atau batang padi kering yang dibakar lengkap.
Mereka berdoa sesuai harapan masing-masing.
Punjul menjelaskan, ziarah leluhur ini juga menghormati para leluhur yang merupakan para pendahulu di Kota Batu.
"Disetiap daerah pasti ada siapa pendahulunya. Di sini kami sekaligus memperkenalkan kembali siapa sih leluhur kita itu," ungkapnya.
Satu penjaga Petilasan Tunggul Wulung di Desa Torongrejo, Agus Susanto mengatakan kalau dulunya lokasi ini merupakan lokasi Punden Watu Ganden yang sudah ada zaman Kerajaan Singosari.
Lokasi itu merupakan lokasi peristirahatan para leluhur.
"Sebenarnya ada banyak peninggalan di sini, hanya saja sudah usang dan tidak bisa diawetkan. Itu ada tetapi duplikatnya yaitu batu gamelan," kata dia yang akrab dipanggil Ki Wiroguno.