Malang Raya
Empat Anak Kota Batu Terserang Difteri, Sepanjang 2017 Ada 16 Kasus
#BATU - Pada awal 2018 ini, Dinas Kesehatan mendata ada empat kasus difteri yang menyerang anak-anak. Dari empat itu, dua positif difteri.
Penulis: Benni Indo | Editor: yuli
SURYAMALANG.COM, BATU – Pada awal tahun 2018 ini, Dinas Kesehatan Kota Batu mendata ada empat kasus difteri yang menyerang anak-anak di Kota Batu. Dari empat itu, dua positif difteri.
Dua anak yang positif difteri itu masing-masing berusia tiga tahun dan 15 tahun. Sedangkan dua lainnya suspect. Keempat anak itu berada di Kecamatan Batu.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu, melalui Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eni Musfirotun memaparkan, keempatnya sudah ditangani dan kondisinya sudah kembali sehat.
Meskipun begitu, Dinkes Kota Batu tetap melakukan upaya untuk mencegah lebih dini tersebarnya virus difteri.
Eni juga menjelaskan, pada tahun 2017 ada 16 kasus di Kota Batu. Satu anak dinyatakan positif sedangkan 15 anak masih suspect. Mereka tersebar di 16 titik yang berada di 10 desa/kelurahan di Kota Batu.
“Yang empat ini ada di Kecamatan Batu, salah satunya di Sisir dan Ngaglik,” terang Eni, Rabu (21/2/2018).
Pemerintah terus mendorong upaya imunisasi kepada seluruh anak yang berada di Kota Batu. Sejauh ini, Pemkot Batu telah melakukan imunisasi kepada 29.429 anak atau 49.78 persen dari jumlah target yaitu 55.769 sasaran.
Namun upaya Dinkes Kota Batu untuk melakukan imunisasi tidak berjalan mulus di lapangan. Pasalnya, masih ada beberapa pighak yang menolak dengan alasan kalau imunisasi itu haram.
Eni menceritakan, kasus penolakan itu terjadi di sebuah lembaga pendidikan swasta di Kota Malang. Ketika petugas datang ke lokasi untuk melakukan imunisasi, Eni mendapat penolakan dari orangtua murid.
“Setelah saya telusuri, katanya kepala sekolahnya yang melarang. Saya heran,” heran Eni.
Padahal imunisasi sangat penting untuk kesehatan anak. Eni menceritakan, kasus difteri ini sebelumnya sudah dinyatakan punah, namun belakangan timbul lagi.
Pada saat yang bersamaan, pabrik yang memproduksi obat imunisasi sudah tidak beroperasi lagi karena menurunnya kasus difteri.
“Imunisasi ini penting agar anak kita sehat dan generasi kita bisa cerdas. Kalau tidak diimunisasi, nanti berpeluang besar terkena sakit, jadinya generasinya kita tidak bisa bersaing,” tegasnya.
Di tempat yang sama, Sekretaris Dinkes Kota Batu Edi Junarianto mendorong agar masyarakat terbuka pemahamannya terkait pentingnya imunisasi. Imunisasi yang diberikan gratis sehingga masyarakat tidak dikenai biaya.
Selain gratis, imunisasi juga untuk menjaga kesehatan anak sehingga anak terhindar dari berbagai macam penyakit. Sudah sepatutnya orangtua ingin agar anaknya sehat selalu.