Malang Raya
Kisah Pilu Bidan di Jatim, Ada yang Terima Honor Rp 100 Ribu/Bulan, Ada yang Tak Bisa Kuliahkan Anak
Kisah para bidan ini bisa menguras air mata. Ada yang hanya mendapat upah Rp 100 ribu per bulan.
Penulis: Benni Indo | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, KARANGPLOSO – Pegawai honorer yang bergabung dalam Komite Nusantara Aparatur Sipil Negara (KN-ANS) berkeluh kesah di hadapan anggota DPR RI, Rieke Diah Pitaloka di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Minggu (4/3/2017).
Konsolidasi ini dihadiri perwakilan dari sejumlah kota di Jatim, seperti Kediri, Banyuwangi, Bojonegoro, Probolinggo, dan Malang.
Dalam konsolidasi KN-ASN itu, Rieke mendengar cerita-cerita miris para pegawai tidak tetap (PTT) tersebut.
Mayoritas PTT itu mengeluh soal gaji.
Bahkan ada bidan asal Kediri bernama Ayu mengeluh karena hanya dibayar Rp 100.000 per bulan.
“Saya bekerja sebagai bidan di Puskesmas. Gaji saya yaitu uang transport sebanyak Rp 100.000,” terang Ayu.
Dia menggunakan uang itu untuk bertugas di 11 posyandu balita, dan dua posyandu lansia.
Ayu berharap segera ada revisi terhadap UU 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN).
Bidan lain, Sri Pangastuti mengaku mengabdi 14 tahun sebagai koordinator imunisasi Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember.
Dia hanya mendapat honor sebanyak Rp 400.000.
Uang itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Apalagi, Sri memiliki tiga anak.
“Anak bungsu saya ingin kuliah. Karena tidak ada biaya, dia tidak kuliah,” ujar Sri sembari berurai air mata.
Sri berharap pemerintah segera menaikkan statusnya sebagai ASN.
Pengabdiannya selama 14 tahun adalah bentuk dedikasi kepada negara.