Kesehatan

Seks Sebelum Nikah, Selalu Jadikan Wanita sebagai Objek Eksperimen yang Banyak Ruginya

Seks selalu menjadi tema tabu yang canggung untuk dibicarakan, apalagi jika itu menyangkut seks yang dilakukan oleh pasangan yang belum menikah

Editor: eko darmoko
IST
Ilustrasi 

SURYAMALANG.COM, DENPASAR - Seks selalu menjadi tema tabu yang canggung untuk dibicarakan, apalagi jika itu menyangkut seks 'tidak resmi' alias dilakukan oleh pasangan yang belum menikah.

Nah, terkait hal ini, di Denpasar, Pulau Bali malah digelar acara yang mengulas tema seks sebelum menikah.

Namun, justru IHDN Denpasar sukses menggelar seminar regional “Fenomena Seks Pra-Nikah di Bali, Sing Beling Sing Nganten” di aula kampus setempat, pada Kamis (5/4/2018).

Seorang pembicara yang juga dosen IHDN, I Gede Agung Jaya Suryawan menyatakan bercinta alias berhubungan seks yang paling sehat itu adalah berhubungan seks yang gratis.

Jaya mengatakan menginginkan gratis bukan masalahnya tidak bisa membayar, menurutnya hal tersebut mampu dilakukan.

Namun jika bisa dibayar, semua orang akan bisa memakainya.

“Pasangan yang sehat adalah pasangan yang gratis. Siapa yang berhubungan seks dengan sehat, adalah mereka yang memiliki pasangan yang sah dan yang betul-betul mencintai,” terang Jaya dihadapan 250 orang peserta seminar.

Jaya melanjutkan berhubungan badan sebaiknya dilakukan hanya dengan orang yang dicintai dan disayangi karena menurutnya bisa sehat dan gratis.

Namun dengan aturan-aturan yang jelas, yaitu melalui pernikahan.

Tambahnya, dengan pernikahan akan ada tanggung jawab dan keteraturan dalam hidup, karena hanya bisa memiliki satu pasangan saja.

Ia menuturkan bahwa fenomena seks pra-nikah atau sebelum nikah terjadi karena adanya pergeseran-pergeseran nilai agama di dalam masyarakat.

Lebih lanjut dikatakannya bahwa di kalangan masyarakat banyak yang berpikiran bahwa seks itu adalah sesuatu yang tabu, jorok, kotor dan lain-lainnya.

“Saat apa seks itu jorok, saat apa seks itu suci tergantung penempatannya dan fasenya,” tuturnya.

Berhubungan badan, khususnya kelamin, sebutnya, ada proses yang mengesahkan, yang disebut upacara pernikahan sehingga ada yang disebut propan dan sakral.

Diungkapkannya, seks bisa menyebabkan kecanduan bagi seseorang yang belum menikah, dan menjadi berbahaya apabila tidak dikontrol, karena tanpa adanya komitmen dan tanggung jawab.

“Kalau dikasi sekali akan minta tambah terus,” imbuhnya.

Beberapa akibat dari seks pra-nikah kata dia, di antaranya mendukakan Tuhan dan orangtua, kehilangan kesucian diri, dan hamil di luar nikah.

Sementara itu, pembicara lainnya I Gede Suwantana mengatakan seks merupakan hal yang suci.

“Kita dibiasakan menyebut seks adalah dosa, dibiasakan ngomong seks itu adalah musuh. Tetapi saya memahami seks itu adalah sebagai hal yang luar biasa dan suci,” kata Suwantana.

Ia kemudian mengibaratkan seks yang benar itu seperti patung pratima yang disucikan.

Menurutnya, patung pratima biasanya dilinggihkan di dalam pura dan dipayungkan, berbeda dengan patung yang ada dijalanan yang bisa kehujanan dan kepanasan padahal sama-sama berbentuk patung.

“Karena dia suci makanya jangan sembarangan melakukan,” imbuhnya.

Suwantana mengatakan sesungguhnya alat kelamin itu hanyalah sebuah alat dan nafsu seks itu lahir dari pikiran.

Tambahnya, fenomena berhubungan badan antara laki-laki dan perempuan masalahnya ada di pikiran.

Yang perlu digali, kata dia adalah pemahaman tentang salah dan benar karena ada konteks moment.

“Alat kelamin hanya menerima perintah saja,” tandasnya.

Menurutnya, dalam seks pra-nikah perempuan selalu dijadikan objek, dan apabila ada untung rugi maka perempuan akan sangat dirugikan.

Dekan Fakultas Dharma Widya IHDN Denpasar, DR. I Made Girinata mengatakan seks sebaiknya tidak dilakukan secara membabi buta hanya untuk memenuhi hawa nafsu.

Ia berharap agar jangan sampai wanita dijadikan eksperimen.

“Marilah mencari pemaknaan yang baik tentang seks, jangan berpandangan Sing beling Sing nganten (kalau tak hamil, tak akan menikah),” tuturnya.

Menurutnya, generasi muda Hindu mesti mencermati agar tidak terjebak dalam suasana negatif dengan menjadikan seks sebagai komodifikasi ekonomi dan tempat jual beli karena seks adalah spiritual di mana di dalam seks terkait pemaknaan yang dapat diharapakan melahirkan manusia baru yang lebih baik.

“Seks adalah anugerah Tuhan yang harus kita laksanakan dengan sewajarnya,” tegasnya.

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved