Bangkalan

Kisah Sang Pengembara, Jalan Kaki dari Banyuwangi ke Madura Selama 12 Hari

Kamu kenal Sarwo (Gubernur Jatim Soekarwo atau Pakde Karwo)? Ya itu yang membuat jembatan (Suramadu) ini," ujar Zainudin.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: yuli
ahmad faisol
Zainuri memilih berteduh sejenak dari sengatan terik matahari di sebuah warung kopi di Jalan RE Martadinata, Kelurahan Mlajah, Bangkalan, Jumat (20/4/2018) 

SURYAMALANG.COM, BANGKALAN - Tekad bulat Zainuri (76) untuk lebih mendekatkan diri dengan Sang Khaliq tak terbendung. Pria asal Kecamatan Muncar, Banyuwangi itu bahkan menerabas jalur bebas dari pejalan kaki, Jembatan Suramadu pada Kamis (19/4/2018) malam.

Terik matahari di Kota Bangkalan memaksa Zainuri menghentikan langkahnya. Sambil mengipaskan capingnya, ia berteduh di sebuah warung kopi di Jalan RE Martadinata Kelurahan Mlajah, Jumat (20/4/2018).

Zainuri datang ke Bangkalan untuk ziarah ke Makam Syaichona Cholil di Desa Martajasah. Hanya berjarak 1,5 kilometer dari tempatnya berteduh.

Sebelumnya, ia singgah di Makam Sunan Ampel Surabaya, Kamis malam. Perjalanan dilanjutkan dengan melewati Jembatan Suramadu, jalur bebas dari pejalan kaki.

Ia masuk begitu saja, menerabas jalur kendaraan roda dua. Petugas jaga tolgate sisi Surabaya baru mengetahuinya ketika dirinya jauh dari pandangan para petugas.

Sebuah mobil Jasa Marga, disebutnya mobil polisi, mencoba untuk mengantarkan Zainuri. Namun tawaran itu ditolaknya.

"Ra oleh liwat ancen (tidak boleh lewat memang). Tapi aku emmoh (tak mau). Sinar lampunya 'byar-byar' berwarna kuning. Aku tetap jalan kaki," tuturnya.

Kondisi itu sempat menimbulkan sedikit ketegangan antara dirinya dengan petugas tol. Kendati demikian, ia bersikukuh menolak diantar mobil.

"Kamu kenal Sarwo (Gubernur Jatim Soekarwo atau Pakde Karwo)? Ya itu yang membuat jembatan (Suramadu) ini," ujar Zainudin mengisahkan perdebatan dengan petugas tol.

Pakde Karwo diakui Zainuri pernah menemuinya di pondok pesantrennya di Kecamatan Muncar.

"Ngomong aku nek onok opo-opo (bilang kalau ada apa-apa) jare Sarwo. Tapi yo gak penak (tidak enak)," kata pria berkumis tebal itu.

Keputusan Zainuri menolak tumpangan karena dirinya tengah melakukan tirakat mlaku sambil membaca Shalawat Nabi. Zainuri menempuh perjalanan selama 12 hari untuk tiba di Kota Bangkalan.

Safar (pengembaraan) melalui tirakat mlaku (jalan kaki) itu dilakukannya sebagai upaya 'melarikan diri' dari hiruk pikuk lingkungan keluarga dan teman-temannya sejak Senin (9/4/2018).

"Materi itu bisa menyeret manusia ke hal maksiat. Pantangan paling berat adalah mata. Dari (mata) situlah semua berawal. Banyak yang gagal dalam tirakat ini," ungkapnya.

Pengembaraan tersebut merupakan 'tugas' dari seorang guru spiritual yang dipanggilnya dengan sebutan Mbah Kiai Basuki, asal Semarang Jawa Tengah.

Halaman
12
Tags
Bangkalan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved