Nasional
Hari Pendidikan Nasional 2018 - Mengulas Kurikulum Pendidikan Versi Ki Hadjar Dewantara
Pendidikan karakter adalah inti dari pendidikan. Menurut Ki Hadjar Dewantara ada 4 tingkatan untuk pendidikan karakter.
Tingkat syari’at cocok diberikan kepada anak yang sangat muda, dalam hal ini anak TK.
Metodenya dengan membiasakan berperilaku baik menurut masyarakat umum, misalnya mengucapkan salam ketika bertemu teman, memberikan hormat ketika bertemu guru, dan mencium tangan ketika berhadapan dengan orangtua.
Tingkat hakikat, cocok diberikan kepada murid SD.
Anak dibiasakan berperilaku baik menurut masyarakat umum, dalam waktu bersamaan diberikan penjelasan mengapa harus berbuat demikian.
Contohnya, di samping dibiasakan mengucapkan salam sewaktu bertemu teman, mereka juga diberi pengertian tentang pentingnya mengucap salam itu; misalnya dapat menimbulkan ikatan hati dan keakraban lahir-batin antarteman.
Tingkat tarikat, cocok diberikan kepada siswa SMP.
Siswa dibiasakan berperilaku baik, diberi pengertian pentingnya hal itu dilakukan; disertai juga dengan aktivitas pendukung yang cocok.
Misalnya bagaimana anak-anak tersebut berkesenian, berolah puisi, berolahraga, dan bersastraria sambil berolah budi.
Contohnya adalah anak-anak SMP dilatih menari ”halus” sambil dijelaskan makna gerakan yang ada di dalamnya untuk menanamkan karakter.
Tingkat makrifat, cocok diberikan kepada siswa SMA.
Anak disentuh pemahaman dan kesadarannya sehingga berperilaku baik bukan sekadar kebiasaan, melainkan kesadaran di lubuk hatinya untuk melakukan hal tersebut.
Sang anak mengerti maksud berperilaku baik; dan perilakunya tersebut dijalankan berdasarkan kesadaran diri.
Semua guru
Apakah pendidikan karakter hanya diberikan oleh guru Agama dan guru PKn? Tidak! Di majalah Poesara edisi Februari 1954, Ki Hadjar menyatakan, pendidikan karakter wajib disampaikan kepada siswa oleh semua guru.
”Pengajaran budi pekerti sebaiknya diberikan secara spontan oleh sekalian pamong, setiap ada kesempatan dan tidak harus menurut daftar pelajaran. Pendidikan budi pekerti harus diberikan oleh tiap-tiap pamong, baik mengajarkan bahasa, sejarah, kebudayaan maupun ilmu alam, ilmu pasti, menggambar, dan sebagainya,” tulisnya.
Jelas sekali bahwa pendidikan karakter itu harus disampaikan oleh semua guru di sekolah, baik itu TK, SD, SMP hingga SMA.
Konsep pendidikan karakter Ki Hadjar tersebut sesungguhnya memberi arahan yang jelas dalam pengembangan kurikulum pendidikan kita baik secara substansif, metodologis, maupun teknis pelaksanaan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kurikulum versi Ki Hadjar"