Teroris Serang Jawa Timur
Ketua Komnas Perlindungan Anak ke Surabaya, Ikuti Prosesi untuk Dua Bocah Korban Bom Teroris
Radikalisme ditanamkan ke anak, jelas bertentangan dengan kemanusiaan. Bukan hanya sebagai pelaku anak-anak ini sudah dikorbankan oleh orang dewasa.
Penulis: Danendra Kusuma | Editor: yuli
SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Arist Merdeka Sirait, Ketua Komnas Perlindungan Anak, terlihat menghadiri prosesi penghormatan terakhir penutupan peti Vincentius Evan (11) dan Nathanael Ethan (8) yang terkena bom teroris di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Ngagel, Surabaya, Minggu (13/5/2018) lalu.
Jenazah kedua bocah itu disemayamkan di ruang 5 dan 6 Rumah Duka Adi Jasa, Demak, Surabaya hingga Rabu (16/5/2018).
Usai prosesi, Arist mengomentari aksi bom bunuh diri yang mengikutserakan anak-anak di bawah umur.
"Ini modus baru yang harus diwaspadai. Komnas Perlindungan Anak sudah mengingatkan hal itu dua tahun yang lalu bahwa kelompok radikal yang melibatkan anak ini sudah bangkit," katanya.
Ia melanjutkan, ini bukan masalah doktrin agama lagi melainkan perang terhadap situasi yang tidak rasional lagi.
"Paham-paham radikalisme ditanamkan ke anak, jelas itu bertentangan dengan kemanusiaan. Bukan hanya sebagai pelaku anak-anak ini sudah dikorbankan oleh orang dewasa. Ini di luar akal sehat," ungkapnya.
Ia menjelaskan, lembaganya akan memberikan pendampingan anak-anak pelaku teroris yang selamat.
"Ini masih dalam sterilisasi. Kami akan coba melobi Polda Jatim terkait pendampingan ini," terangnya.
Aris menyebutkan bentuk dari pendampingan itu ialah dengan memberikan terapi psikososial.
"Di dalam itu kami melakukan program deradikalisasi. Anak itu adalah korban yang terpapar paham radikalisasi orangtuanya" ucap Arist.
Saat ditanya berapa lama akan hilang paham radikalisasi tersebut, Arist mengatakan tergantung intensitas terapi psikososial.
"Saya sangat menyesalkan kejadian ini Evan dan Nathan tidak tahu apa-apa. Turut berduka sedalam-dalamnya untuk keluarga yang ditinggalkan," ucapnya.