Nasional

Mengintip Buku Panduan Teroris Nyamar Jadi Warga Biasa dan Kiprah Perempuan dalam Aksi Radikal

Buku panduan tersebut menjadi tutorial agar pelaku bisa berinteraksi dengan masyarakat tanpa menimbulkan kecurigaan.

Editor: Pambayun Purbandini
Pulse.com.gh & SURYAMALANG.COM/Sugiharto
Kiri: Ilustrasi 3 wanita, kanan: Tim Gegana saat melakukan sterilisasi di area GKI Diponegoro, Minggu (13/5/2018) 

SURYAMALANG.com - Bom yang mengguncang Surabaya dan Sidoarjo dalam dua hari berturut-turut menimbulkan luka yang mendalam bagi banyak kalangan.

Yang mengejutkan lagi, pelaku melibatkan anggota keluarganya, yakni kepala keluarga, istri, dan anak-anak.

Banyak masyarakat yang terkejut, pasalnya, setelah insiden itu, ada sejumlah teroris yang digrebek di berbagai tempat di Jawa Timur.

Tetangga mereka banyak yang tidak menyangka bahwa ada keluarga teroris di lingkungan tempat tinggal mereka.

Baca: Penjelasan AKP Cinthya Dewi Perihal Penangkapan Terduga Teroris di Surabaya

Rupanya, para teroris ini memiliki buku panduan kamuflase agar bisa membaur dengan masyarakat.

Dilansir dari Tribunjatim, hal ini diungkapkan setelah barang bukti ditemukan saat proses penyidikan dan penggeledahan olah TKP.

Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Frans Barung Mangera, mengungkapkan buku panduan ini digunakan pelaku untuk berkamuflase.

Artinya, buku tersebut menjadi tutorial agar pelaku bisa berinteraksi dengan masyarakat tanpa menimbulkan kecurigaan.

"Buku panduan mereka sudah kita dapatkan," kata Kombes Pol Frans Barung Mangera saat di Media Center Polda Jatim, Selasa (15/5/2018).

"Buku panduan dalam kamuflase itu juga berisikan cara menghadapi masyarakat," lanjutnya.

Sehingga, tak heran baginya melihat pola dari aksi pengeboman beberapa waktu lalu berbeda dengan aksi teroris di Indonesia sebelumnya.

Baca: Penyergapan Terduga Teroris di Surabaya Selesai, Warga Ingin Lihat Bekas Tembak-tembakan

Bila yang sebelumnya lebih bersifat tertutup, maka dengan pola baru ini pelaku justru mencoba lebih aktif dan akrab dengan masyarakat.

"Bisa kita lihat, pola mereka berbeda dengan aksi sebelumnya yang seakan mencoba eksklusif," jelas Barung.

"Tapi yang ini lebih akrab dengan masyarakat. Kalau ketemu warga, mereka mencoba nyapa lebih dulu," sambungnya.

Meski begitu, pihak kepolisian masih menutup lokasi ditemukannya buku panduan cara kamuflase dari pelaku teror di Surabaya dan Sidoarjo ini.

"Pokoknya kita temukan ada buku panduan itu," tutur Barung.

Peran perempuan yang kian nyata dalam aksi radikal

Dalam teror bom di Surabaya ini, perempuan juga turut menjadi pelaku.

Melansir dari Kompas.com, Navhat Nuraniyah, peneliti dari Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) mengatakan tren ini (perempuan turut serta dalam aksi radikal) sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu.

"Kenapa perempuan terlibat, tren ini bisa kita lihat sejak ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) berdiri pada 2014-2015," kata Navhat di Jakarta, Selasa (15/5/2018).

Ia menyebut bahwa ISIS kemudian mengeluarkan instruksi yang membolehkan perempuan melakukan jihad secara fisik pada sekitar Oktober 2017 lalu.

Baca: Jarang Orang Tahu, ini Dia 7 Ciri Orang Hendak Melakukan Bom Bunuh Diri

Tren ini kemudian terlihat di Indonesia, ketimbang di kawasan lain seperti di Mindanao, Filipina Selatan.

Begitupun juga dari penuturan Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid.

Ia menuturkan sebenarnya sudah sejak lama perempuan masuk ke dalam jaringan radikalisme maupun terorisme.

Namun baru akhir-akhir ini saja perannya terlihat semakin jelas.

"Mungkin baru sekarang kita sadar karena peran yang dimainkan langsung center stage," tutur Yenny.

Menurut Yenny, ada beberapa peran yang dimainkan perempuan dalam gerakan radikalisme dan terorisme.

Yang pertama, perempuan merupakan perekrut orang untuk masuk ke dalam jaringan, maupun orang untuk dijadikan "pengantin" alias pelaku aksi teror.

Yang kedua, perempuan pun kerap kali menjadi fundraiser atau penggalang dana untuk kegiatan radikalisme.

Selain itu, perempuan pun menjadi pengatur logistik dalam aksi radikal atau teror.

Baca: Pengakuan Eks Teroris, Alasan di Balik Teror Bom 3 Gereja di Surabaya Ternyata dari Video ini

"Kalau mau penyerangan, dia yang sewa mobil, sewa motor, atau beli ini itu," jelas Yenny.

Yang terakhir, peran lainnya adalah menjadi eksekutor.

Peran ini yang terlihat dalam beberapa aksi teror baru-baru ini, termasuk aksi bom bunuh diri di Surabaya.

Dari pandangan segi agama, Wakil Sekretaris Komisi Kerukunan Antarumat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Abdul Moqsith Ghozali menjelaskan, para pelaku teror dan bom bunuh diri di Surabaya beberapa waktu lalu keliru membaca Al-Quran dan hadits.

Tak hanya itu saja, mereka juga keliru memahami sejarah Nabi Muhammad SAW.

Moqsith menyebut pula, perang yang digadang-gadang oleh para pelaku teror tersebut, khususnya di Surabaya, tidak sesuai dengan syariat Islam.

Sebab, Islam tidak membenarkan perempuan dan anak-anak terlibat dalam perang.

Dalam sejarah, istri Nabi Muhammad maupun para sahabat-sahabatnya tidak pernah dilibatkan dalam perang.

Baca: Eks Teroris Bongkar Alasan Surabaya Dibom, Reproduksi Calon Pengantin dan Jumlah Pengikut Disebut

Melibatkan perempuan dan anak-anak dalam peperangan, imbuh Moqsith, tidak sesuai dengan syariat Islam.

"Itu tidak syar'i, salah kalau libatkan perempuan dalam peperangan.

Melibatkan anak-anak dalam peperangan.

Tidak benar kalau merujuk ke Al-Quran, hadits, dan sejarah Nabi," terang Moqsith.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved