Magetan

Seribu Nasi Ambeng Menandai Desa Kledokan sebagai Kampung Nahdlatul Ulama

Menyambut Bulan Ramadan ratusan warga Desa Kledokan, Kecamatan Bendo, Magetan gelar Megengan Agung, Rabu (16/5/2018) sore

Penulis: rahadian bagus priambodo | Editor: yuli
rahadian bagus priambodo
Menyambut Bulan Ramadan ratusan warga Desa Kledokan, Kecamatan Bendo, Magetan gelar Megengan Agung, Rabu (16/5/2018) sore. Acara tersebut juga diisi dengan peresmian Desa Kledokan sebagai Kampung Nahdlatul Ulama (NU). 

SURYAMALANG.COM, MAGETAN - Menyambut Bulan Ramadan ratusan warga Desa Kledokan, Kecamatan Bendo, Magetan gelar Megengan Agung, Rabu (16/5/2018) sore. Acara tersebut juga diisi dengan peresmian Desa Kledokan sebagai Kampung Nahdlatul Ulama (NU).

Pantauan di lokasi, acara dimulai dengan kirab, yang terdiri dari kelompok marching band yang dimainkan anak-anak, kemudian rombongan ibu-ibu yang membawa nasi ambeng dalam baskom yang dibungkus kain, serta rombongan banser dan juga tumpengan.

Setelah kirab keliling kampung, rombongan berhenti di halaman Masjid Baitul Mutaqin, desa setempat. Para peserta kirab kemudian duduk lesehan di terpal biru di sepanjang jalan.

Bekal berupa nasi ambeng lengkap dengan buah-buahan dibuka dan diletakan di tengah. Sementara para peserta duduk lesehan di pingir di sepanjang jalan.

Seorang peserta kirab, Karmi Izmiati (49) menuturkan, seperti peserta kirab yang lain ia juga membawa nasi ambeng dari rumah. Nasi ambeng tersebut dimasak siang sebelum acara dimulai.

Nasi Ambeng terdiri dari nasi putih lengkap dengan lauknpauknya. Di antaranya sayur tahu, rempah srondeng, telur rebus, ayam bakar ingkung, kerupuk, mie, serta lauk yang lain.

"Saya sudah masak sejak tadi siang. Kalau biasanya tahun lalu megengan di masjid, kali ini digelar bersama-sama. Ada 11 RT, "kata ibu tiga anak.

Selain membawa nasi ambeng, makanan yang paling utama dalam kegiatan megengan yang harus dibawa adalah apem dan puro. Apem dan puro merupakan simbol dari ampunan.

Setelah semua berkumpul dan seluruh makanan yang dibawa peserta kirab dihidangkan di tengah, dilanjutkan dengan berdoa bersama. Setelah itu, para peserta makan bersama, dan saling bertukar makanan.

Setelah seluruh hidangan habis disantap, kemudian dilanjutkan dengan saling berjabat tangan, dan saling memohon maaf, sembari diiringi salawat dan musik rebana.

Sekretaris PCNU Magetan, Sudarto menuturkan, Megengan Agung merupakan tradisi islam nusantara dan juga budaya Jawa. Acara ini digelar menjelang Ramadan yang digelar maayarakat Islam Jawa sebagai wujud syukur atas datangnya Bulan Suci Ramadan.

"Setiap tahun, menjelang bulan Ramadan digelar Megengan Agung sebagai wujud kegembiraan dan syukur," kata Sudarto.

Dalam acara Megengan, selain Nasi Ambeng, masyarakat membawa Apem dan juga Puro. Apem, kata Sudarto berasal dari bahasa Arab, Afwun yang artinya meminta maaf.

Sedang puro berasal dari kata pangapuro yang berarti memaafkan. Puro merupakan makanan yang berbahan dasar tepung beras dan gula merah, yang dibungkus pisang menyerupai nogosari.

"Ini sudah menjadi budaya, sebelum puasa saling meminta maaf kepada sesama dan juga orangtua,"katanya.

Pada akhir acara, dilakukan tabuh beduk yang merupakan simbol dimulainya Bulan Ramadan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved