Situbondo

Ibu Sering Mengeluh Tak Punya Uang, Dua Anak SD di Situbondo Pilih Berhenti Sekolah

JANDA DENGAN TIGA ANAK. Hidupnya sungguh susah. Rumahnya sangat tidak layak. Dua dari tiga anaknya terpaksa putus sekolah.

Penulis: Izi Hartono | Editor: yuli
izi
Rumah keluarga Nuwati di Desa Jatisari, Kecamatan Arjasa, Situbondo. 

SURYAMALANG.COM, SITUBONDO - Nuwati asal Desa Jatisari, Kecamatan Arjasa, Situbondo, harus menghidupi tiga orang anaknya seorang diri.

Bahkan, akibat kemiskinan dan buruknya ekonominya, dua anaknya terpaksa berhenti sekolah.

Anak tertua dari hasil perkawinan Nuwati dengan Koko benama Haris memilih berhenti sekolah dari kelas V Sekolah Dasar. Anaknya ingin membantu ekonomi ibunya dengan bekerja sebagai buruh tani di desanya.

Sedangkan anak ketiga dari wanita berusia 36 tahun bernama Lusi (7) tersebut, memilih berhenti sekolah di kelas satu SD karena ibunya sering tidak memiliki uang.

Namun, anak kedua yang bernama Mafel tetap bersekolah dan saat ini masih duduk dikelas III SD di desanya.

Salah seorang anak Niwati bernama Lusi saat ditanya Surya mengatakan dirinya berhenti sekolah karena ibunya sering tidak punya uang dan sering bekerja dan tidak ada di rumah.

"Ibu tak punya uang katanya," ujar Lusi polos kepada SURYAMALANG.COM saat ke rumahnya di Desa Jatisari, Kecamatan Arjasa.

Gadis kecil berusia 7 tahun ini mengaku dirinya masih berkeinginan sekolah bersama teman temannya. Akan tetapi dirinya tidak tega melihat ibunya yang sering tidak memiliki uang.

"Ya saya mau temeni ibu bekerja," katanya singkat.

Keluarga ini tinggal di rumah yang beralaskan tanah. Ukurannya sekitar 3x5 meter.

Rumah mereka terbuat dari kayu dan anyaman bambu.

Selain hidup menjanda dengan menghidupi ketiga anaknya, Niwati juga ditemani ibunya, Rus (65), yang hidup sendiri tanpa suami selama 30 tahun.

Bahkan, rumah orangtua Niwati yang berada di sampingnya juga sangat tidak layak ditempati.

Atapnya terbuat dari plastik dan dinding rumahnya terbuat dari anyaman bambu. Rusak dan berlubang-lubang.

"Selama ini saya tidur di luar dan tidak berani tidur di dalam karena takut rumah saya roboh," ujar Buk Sur.

Wanita tua yang mengalami gangguan pendengaran ini mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dirinya mencari gabah yang sudah dipanen oleh pemiliknya.

"Ya kalau cukup tidak mungkin, asalkan saya bisa makan saja sudah cukup," kata Buk Sur.

Buk Sur menceritakan, pada saat musim hujan, dirinya yang selalu tidur di teras gubuknya ini pindah tidur di teras rumah anaknya.

"Baru kalau sudah pagi pindah lagi ke tempat tidur saya di sini," ujarnya.

Sementara itu, Anik, salah seorang tetangga Buk Sur mengatakan, selama ini dua orang tetangganya ini tidak pernah menerima bantuan dari pemerintah kabupaten maupun pemerintan pusat.

" Misalnya saja beras atau bantuan langsung tunai ( BLT)," kata Atik .

Atik berharap agar dua orang tetangganya yang hidupnya serba kekurangan bisa mendapatkan bantuan.

"Kalau bisa kartu KIS, apalagi kondisi buk Sus sudah tua dan sering sakit sakitan," jelasnya.

Selama ini, lanjut Atik, tetangganya mengaku rumahnya sering difoto orang dan akan diperbaiki.

Kepala Dinas Sosial Pemkab Situbondo, Lutfi Joko P mengatakan, pihaknya akan mengupayakan warga yang anaknya tidak bersekolah untuk mendapatkan program PKH, agar anaknya bisa melanjutkan sekolahnya dan mendapatkan bantuan yang lain.

"Saya minta kepada masyarakat kalau memang menukan warga yang rumahnya tidak layak untuk dilaporkan, sehingga kita bisa menindaklanjuti ke pemerintah daerah," kata Lutfi Joko P saat ikut melihat kondisi dua orang janda miskin tersebut.

Bahkan, sebagai bentuk kepedulian Kadinsos ini menyerahkan bantuan sembako untuk meringankan beban ekonominya.

Tags
Situbondo
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved