Membentuk Model Keluarga Islami Dari Kisah Para Nabi Hingga Raja Fir'aun
Kisah keluarga maupun individu terpuji dan tercela dari masa lalu berikut mampu menjadi cerminan dalam membentuk model keluarga islami
SURYAMALANG.COM – Keluarga adalah tonggak awal munculnya generasi berkualitas untuk masa depan.
Dari sanalah roh dititipkan oleh Allah S.W.T dari turunan Adam dan Hawa hingga menjadi satu keutuhan yang disebut keluarga.
Dalam Islam keluarga menjadi wujud pondasi pergerakan hidup awal manusia, dimana seseorang berproses mengalami tempaan, binaan, dan dilatih untuk menjadi manusia yang seutuhnya.
Hingga keluarga disebut sebagai Lembaga pendidikan pertama (madrasatul ula) dalam membentuk pendidikan karakter.
Itu sebabnya keluarga menjadi begitu penting karena menjadi wadah lahirnya kesuksesan, dan kebaikan yang tak jarang lahir dari keluarga yang taat.
Dalam realitas kehidupan keluarga tentu tak bisa dilepaskan dari problematika sosial akibat hilangnya ruh keluarga sebagai titik nadi pembentukan karakter manusia.
Untuk itu Islam hadir dan mengatur seluruh aspek kehidupan dari berbagai sendi termasuk soal keluarga.
Baca: Kisah 300 Sumur Yang dibangun Oleh Pasukan Jin Nabi Sulaiman, Ada Rahasia Ajaib
Baca: Incipi Takjil, Ini Cerita Pangeran Harry Yang Hadiri Buka Bersama Umat Islam di Inggris
Baca: Kisah Rasulullah di Malam Lailatul Qadar, Jibril dan Para Malaikat Turun Dari Langit
Jika ditilik dari Al-Qur’an secara holistik dan mendalam dapat ditemukan sejumlah kisah-kisah (qashash) para Nabi dan orang-orang terdahulu dalam berkeluarga.
Baik penyebutan kisah-kisah keluarga terpuji dan tercela, maupun individu yang terpuji dan tercela dalam keluarga.
Para ulama menjelaskan, bahwa ketika Allah S.W.T mengisahkan sesuatu dalam Al-Qur’an bertujuan untuk menjadi pelajaran (ibrah) bagi manusia setelahnya.
Itu sebabnya mengapa penting bagi keluarga masa kini untuk berkaca dan bercermin serta mengambil pelajaran pada model keluarga masa lalu dalam Al-Qur’an.
Mengutip dari Sumsel.tribunNews.com,
Berikut beberapa model keluarga yang bisa dicontoh dari kisah para Nabi dan sahabatnya:
1. Keluarga Abu Lahab
Abu Lahab adalah seorang paman Nabi Muhammad saw yang enggan beriman. Setiap dakwah yang dilancarkan kepadanya, tidak membuat ia beriman kepada Allah S.W.T dan kerasulan Muhammad SAW.
Bahkan, Abu Lahab menjadi seorang keluarga Nabi yang menjadi ancaman dalam perkembangan dakwah saat itu. Berbagai kelicikan dan tipu daya dilancarkan oleh Abu Lahab untuk menghadang dan menghalangi dakwah Nabi SAW.
Abu Lahab menjadi satu provokator untuk menggerakkan massa untuk menghadang dakwah Nabi SAW. Bahkan, ia mengajak isterinya, Ummu Jamil, untuk terlibat langsung dalam menghadang dakwah Nabi SAW.
Sehingga kelicikan Abu Lahab dan isterinya digambarkan dalam Alquran, dengan firman-Nya,
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan begitu pula istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.” (QS. Al-Lahab: 1-5).
Kisah keluarga Abu Lahab termasuk model suami dan isteri yang sama-sama tidak taat kepada Allah S.W.T dan Rasul-Nya.
Kisah tersebut rupanya tidak jauh berbeda dari realitas sosial yang terjadi sampai hari ini.
Baca: VIDEO - Detik-detik Ratusan Penumpang Lion Air Melompat dari Pesawat di Pontianak
Baca: Dramatis! Polisi Hadang Pencuri Truk dari Surabaya saat Lewat Mojokerto
Baca: Dituding Hamil Saat Di Penjara, Teman Satu Selnya Ungkap Fakta Ini
Sebagaimana banyak kasus suami dan isteri menjadi biang-kerok dalam setiap kriminalitas, pertikaian, kemaksiatan, perilaku amoral dan destruktif.
Misalnya, banyak ditemui persengkokolan antara suami dan isteri dalam perilaku tercela, seperti korupsi kolusi nepotisme (KKN), dan peredaran narkoba.
Sehingga tak jarang mereka harus berakhir dengan mendekam di penjara.
2. Keluarga Fir’aun
Fir’aun merupakan raja Mesir yang hidup pada masa nabi Musa A.S.
Fir’aun terkenal dengan kesombonganya mengakui diri sendiri sebagai Tuhan yang harus disembah oleh seluruh manusia (QS. An-Naziat: 24).
Untuk mendakwahi Fir’aun dan seluruh pengikutnya, Allah S.WT mengutus Nabi Musa A.S (QS. An-Naziat: 16).
Akan tetapi, Fir’aun juga enggan beriman kepada Allah S.W.T dan kerasulan Nabi Musa A.S meskipun berbagai mukjizat atas izin Allah S.W.T diperlihatkan oleh Nabi Musa A.S.
Meski Fir’aun enggan beriman kepada Allah S.W.T dan Rasul-Nya tapi isterinya Asiyah tetap beriman (QS. At-Tahrim: 11).
Sehingga Asiyah tidak pernah sekalipun menyekutukan (syirik) kepada Allah S.W.T dengan cara menyembah Fir’aun.
Bahkan dikisahkan, Allah S.W.T telah menciptakan Iblis yang menyerupai Asiyah untuk tidur dan bergaul dengan Fir’aun.
Sehingga kehormatan Asiyah tetap terjaga dan tidak pernah terjamah oleh Fir’aun.
Sebab, perkawinan Asiyah dengan Fir’aun dilakukan atas dasar paksaan atas kesombongan dan kekejaman Fir’aun terhadap keluarganya.
Kisah keluarga Fir’aun menjadi contoh model keluarga suami yang tidak taat namun sang istri adalah sosok yang taat kepada Allah S.W.T dan Rasul-Nya.
Hal tersebut masih sering kita jumpai dalam kehidupan sosial masa kini. Di mana suami menjadi biang-kerok dan provokator dalam setiap kemaksiatan dan kejahatan, meskipun isterinya berkali-kali menasehati.
Model keluarga seperti ini akan menjadi ladang ujian bagi isteri yang taat.
Maka isteri dituntut untuk tetap konsisten (istiqamah) dalam ketaatan kepada Allah SWT. Bahkan, seorang istri harus terus terdepan dalam mencegah dan mengentaskan perilaku tercela suami.
4. Keluarga Nabi Nuh A.S dan Nabi Luts A.S
Keluarga Nabi Nuh A.S dan Nabi Luth A.S merupakan Rasul utusan Allah S.W T untuk mendakwahi umat masing-masing.
Nabi Nuh A.S diutus ditengah kaum Bani Rasib, suatu kaum yang menyembah patung-patung berhala.
Sedangkan Nabi Luth A.S diutus ditengah kaum Sodom, suatu kaum yang berperilaku seks menyimpang (LGBT).
Meskipun mereka diutus untuk memperbaiki kondisi akidah umat tetapi istri mereka masing-masing juga menjadi bagian dari orang-orang yang ingkar kepada Allah SWT.
Artinya, dakwah mereka pun tidak mendapat restu dari istri.
Kondisi tersebut digambarkan oleh Allah Swt dalam Al-Qur’an, dengan firman-Nya,
“Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya masing-masing, maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari siksa Allah; dan dikatakan kepada keduanya: Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk neraka jahannam.” (QS. At-Tahrim: 10).
Artinya, model keluarga Nabi Nuh A.S dan Nabi Luth A.S adalah suami yang taat, sedangkan istrinya tidak taat kepada Allah S.W.T
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada jaminan seorang ustaz/teungku mendapatkan isteri shalihah.
Perumpaan model keluarga di atas terlihat bahwa para Nabi saja tidak terjamin dari pada mendapatkan isteri shalihah.
Namun, ketidakshalihan istri tidak membuat mereka menjerumuskan diri dalam perilaku tercela sang istri.
Sebab itu, banyak orang mendapatkan gelar ustaz/teungku di lingkungan sosial, akan tetapi memperoleh istri yang durhaka kepada Allah S.W.T.
Maka diperlukan ketabahan suami dalam membina dan meluruskan tulang-rusuk (tulang bengkok) dalam berkeluarga.
5. Model Keluarga Nabi Ibrahim A.S
Nabi Ibrahim as termasuk satu dari para Nabi dan Rasul ulul azmi, yakni Nabi yang paling banyak cobaan dan rintangan dalam menjalani kehidupan.
Dalam sejarah tercatat bahwa Nabi Ibrahim A.S memiliki dua istri, yakni Siti Sarah dan Siti Hajar.
Dari pernikahannya dengan Siti Sarah lahir seorang anak bernama Nabi Ishaq A.S.
Dari keturunan Ishaq lahir para Nabi dan Rasul selanjutnya, seperti Nabi Ya’qub A.S, Nabi Yusuf A.S, dan lainnya.
Sedangkan dari pernikahannya dengan Siti Hajar lahir seorang anak bernama Nabi Ismail AS.
Dari jalur keturunan Ismail hanya lahir seorang Nabi dan Rasul penutup, yakni Nabi Muhammad S.A.W (QS. Al-Ahzab: 40).
Dari gambaran keluarga Nabi Ibrahim S.A.W, tergambar jelas bahwa model keluarga tersebut merupakan keluarga utuh yang taat kepada Allah S.W.T, baik suami maupun isteri-isterinya.
Dari sanalah lahir anak-anak yang taat kepada Allah S.W.T hingga menjadi Nabi dan Rasul.
Tentu hal itu karunia Allah S.W.T bagi Nabi Ibrahim A.S.
Dari kisah-kisah di atas, hendaknya kita berkaca dan bercermin dari empat model keluarga tersebut.
Dari keempat model yang disajikan di atas, termasuk model manakah keluarga kita? Sehingga setiap kita terus memperbaiki kondisi keluarga untuk menjadi keluarga ahli surga. Semoga! (Opini: Fitria Kusumaningsih, M Pd
Dosen Universitas Tridinanti)