Malang Raya
Kisah Abdurrahman Taib Tunda Pengeboman karena Ada Perempuan Berjilbab
Abdurrahman Taib saat berbagi pengalamannya di Lapas Klas I Malang, Selasa (5/6/2018).
Penulis: Benni Indo | Editor: yuli
Ia menegaskan, jihad tidak melulu soal perang, tapi juga dengan tindakan lain. Bahkan, mencari nafkah untuk keluarga juga masuk kategori jihad.
“Jihad itu baik dan harus dilakukan dengan iklhas tapi kalau caranya tidak sesuai tuntunan rasullah, maka dia tidak akan dapat pahala. Misal kita ikhlas melaksanakan salat subuh, tapi kalau kita salat subuh tiga rakaat, apakah benar?” tanya Taib kepada ratusan narapidana.
Ditegaskan Taib, kelompok teroris akan semakin radikal jika dimusuhi. Pasalnya, mereka beranggapan, Islam lahir dalam keterasingan maka akan kembali terasing. Di sisi lain, jika semakin disudutkan, teroris cenderung semakin militan.
Taib mulai berubah ketika ia menjalani hari-hari masa penahanannya di Lapas Merah Mata Pelembang. Diakui Taib, ketika ada di lapas, ia didekati Farid.
Farid saat itu berguru ngaji ke Taib. Kondisi itu terus terjadi hingga beberapa bulan berikutnya.
“Saya diperlakukan manusiawi. Memanusiakan manusia dan dihormati. Saya merasa tidak disepelekan. Dia mau belajar ngaji sama saya,” jelas Taib yang menjalani masa hukuman sejak 2008 hingga 2015 itu.
Seiring waktu, Taib melihat Faird mulai mengamalkan nilai-nilai keislaman. Dikatakan Taib, saat itu Farid mengamalkan ajaran 1 hari 1 jus.
Saat itulah Taib merasa, bagaimana mungkin orang yang mengamalkan ajaran islam, bahkan lebih baik dari dirinya dianggap kafir.
“Bahkan saya sebagai guru ngajinya saja kalah. Yang katanya saya ini mujahid, kira-kira bagaimana orang yang amalannya lebih baik dari saya, kok saya kafirkan?” tanya lelaki lima orang anak itu.
Sejak saat itulah Taib berubah. Taib, yang awalnya begitu ego karena menilai dirinya paling benar, perlahan mulai terbuka untuk saling memahami orang lain. Ia pun menyadari Allah telah membuka hatinya dan membimbing ke jalan yang benar.
Kini, Taib kembali ke kampung halamannya dan hidup berbaur dengan masyarakat lainnya. Ia membuka usaha kuliner kecil-kecilan di rumahnya.
“Saya bebas ketika Pak Farid menjabat Kalapas. Terima kasih telah memberikan saya ilmu dan pencerahan yang membuat saya berubah. Saya tetap akan berjuang dan berjihad, tapi tidak asal jihad,” tegasnya.