Ramadan 2018

Malam Lailatul Qadar, ini Cara Mudah untuk Mendapatkannya Sebagaimana Hadits Nabi Muhammad SAW

Malam Lailatul Qadar adalah malam yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim. Simak penjelasan agar kita dapat meraih malam yang mulia tersebut.

Editor: Pambayun Purbandini
TribunBatam.com
Ilustrasi - Berdoa 

SURYAMALANG.com - Malam Lailatul Qadar adalah malam yang ditunggu-tunggu bagi umat muslim ketika Bulan Ramadan.

Bagi muslim yang mendambakan pahala berlimpah di Bulan Ramadan, tentunya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan keutamaan malam Lailatul Qadar.

Malam lailatul qadar adalah malam yang sangat dimuliakan oleh Allh SWT bagi umatnya Nabi Muhammad SAW yang beriman dan bertaqwa.

Allah memuliakan malam tersebut.

Barang siapa umat Islam yang mendapati malam Lailatul Qadar akan mendapatkan pahala beribadah selama 1000 bulan.

Bagi umat Islam yang hendak menjemput malam lailatul qadar, maka hendaknya dia mengetahui kapan malam itu akan datang.

Maka munculah pertanyaan, kapan malam lailatul qadar itu terjadi?

Berdasarkan hadis nabi Muhammad SAW, diriwayatkan oleh Bukhari, disebutkan lailatul qadar akan datang pada malam-malam Ramadhan di sepuluh hari terakhir.

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)

Rasulullah Muhammad SAW juga memberikan petunjuk bahwa malam lailatul qadar itu akan datang pada malam-malam gajil sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)

Pada malam tersebut malaikat turun ke bumi dan mengatur segala urusan.

Sesuai dengan perintahNya, para malaikat tersebut diberi tugas untuk menetapkan berbagai takdir manusia mulai dari rizki, mati, jodoh dan semuanya.

Karena itulah malam tersebut dinamakan Lailatul Qadar atau malam penentuan taqdir manusia.

Allah berfirman pada surat al-Qadar:

إِنَّا أَنْزَلْناهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَة الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْر * تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيَها بِإِذْنِ رَبّـِهم مِّن كُلِّ أَمْر * سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan * Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? * Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan * Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan * Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."

Mengetahui kemuliaannya yang luar biasa, kita dianjurkan untuk meningkatkan ibadah, salat mala, membaca doa, dan meminta rahmat serta ampunan sebanyak-banyaknya di malam Lailatul Qadar tersebut.

Namun, malam Lailatul Qadar adalah rahasia Allah.

Tak ada satupun manusia yang serta merta tahu kapan hadinya Lailatul Qadar.

Allah juga memberikan tanda-tanda alam akan datangnya Lailatul Qadar.

Bagaimana caranya kita agar bisa memperoleh malam yang istimewa tersebut?

Berusaha keras dan optimal

Mendapatkan Lailatul Qadar memang tidak mudah.

Karenanya tidak semua orang bisa mendapatkannya.

Dibutuhkan usaha keras dan ikhlas untuk meningkatkan intensitas ibadah, khususnya pada sepuluh hari terakhir Bulan Ramadan.

Melansir NU Online, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dikatakan bahwa kita dianjurkan untuk mencari Lailatul Qadar pada malam ganjil dalam sepuluh terakhir bulan Ramadan.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.

Artinya: “Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil dalam sepuluh terakhir di bulan Ramadhan,” (HR Bukhari).

عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

Artinya: “Dari Aswad dari Aisyah ra ia berkata bahwa Nabi saw meningkat amal-ibadah pada sepuluh terakhir bulan Ramadan melebihi di waktu yang lain,” (HR Muslim).

Mengencangkan kain bawahnya dan membangunkan keluarga

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Rasulullah SAW mengencangkan kain bawahnya, menghidupkan malamnya dan membangungnkan keluarganya.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ-أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya, “Dari Aisyah RA, ia berkata, bahwa Rasulullah SAW ketika masuk sepuluh terakhir bulan Ramadan, mengencangkan kain bawahnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya,” (Muttafaq ‘alaih).

Mengencangkan kain bawahnya, menurut Ibnu Baththal, adalah Rasulullah SAW tidak menggauli istrinya.

Sedangkan yang dimaksud dengan membangunkan keluarganya adalah beliau menganjurkan dan mendorong keluarganya untuk melakukan mengingatkan keluarganya untuk melakukan amaliah sunah dan kebajikan lainya yang bukan fardhu.

وَقَالَ سُفْيَانُ الثَّوْرِىُّ : قَوْلُهُ : ( شَدَّ مِئْزَرَهُ ) فِى هَذَا الْحَدِيثِ يَعْنِى : لَمْ يَقْرَبِ النِّسَاءَ ، وَفِى قَوْلِهِ : ( أَيْقَظَ أَهْلَهُ ) مِنَ الْفِقْهِ أَنَّ لِلرَّجُلِ أَنْ يَحُضَّ أَهْلَهُ عَلَى عَمَلِ النَّوَافِلِ ، وَيَأْمُرَهُمْ بِغَيْرِ الْفَرَائِضِ مِنْ أَعْمَالِ الْبِرِّ ، وَيَحْمِلَهُمْ عَلَيْهَا .

Artinya: “Sufyan Ats-Tsauri berkata maksud ‘mengencangkan kain atasnya’ dalam hadits di atas adalah Rasulullah SAW tidak melakukan hubungan badan dengan istrinya. Sedangkan pernyataan ‘Beliau (Nabi saw) membangunkan keluarganya’ dapat dipahami bahwa suami dianjurkan mendorong keluarganya untuk mengerjakan amalan sunah dan amal kebajikan lainya selain yang wajib serta menekankan kepada mereka untuk melakukan hal tersebut,” (Lihat Ibnu Baththal, Syarhu Shahihil Bukhari, Riyadl-Maktabah Ar-Rusyd, cet ke-2, 1423 H/2003 M, juz IV, halaman 159).

Menghidupkan malam

Menghidupkan malam disini adalah memaksimalkan ibadah di waktu malam.

Rasulullah SAW tidak tidur tetapi disibukkan dengan ibadah pada sebagian besar malam, bukan semalam suntuk sampai pagi.

Sebab, ada riwayat dari Aisyah RA yang menyatakan bahwa ia tidak pernah mengetahui Rasulullah SAW beribadah semalam penuh sampai pagi.

(وَأَحْيَا لَيْلَهُ) أَيْ تَرَكَ النَّوْمَ الَّذِي هُوَ أَخُو الْمَوتِ وَتَعَبَّدَ مُعْظَمَ اللَّيْلِ لَا كُلَّهُ بِقَرِينَةِ خَبَرِ عَائِشَةَ مَا عَلِمْتُهُ قَامَ لَيْلَةً حَتَّى الصَّبَاحِ

Artinya, “(dan menghidupkan malamnya) maksudnya adalah Rasulullah SAW tidak tidur di mana tidur adalah saudara kematian, dan beribadah pada sebagian besar malam bukan seluruhnya sebab ada riwayat dari Aisyah ra yang menyatakan: ‘Aku tidak pernah mengetahui Rasulullah SAW melakukan ibadah satu malam penuh sampai pagi hari,’” (Lihat, Abdurrauf al-Munawi, Faidlul Qadir, Bairut-Darul Kutub al-Ilmiyyah, cet ke-1, 1415 H/1994 M, juz V, halaman 168).

Tiga amalan yang dilakukan

Dengan mengacu kepada penjelasan di atas maka setidaknya ada tiga amalan yang bisa dilakukan.

Amalan itu diharapkan dapat mempermudah kita untuk mendapatkan Lailatul Qadar, yaitu pada sepuluh akhir Ramadhan pertama, untuk sementara tidak melakukan hubungan suami-istri.

Kedua, meningkatkan intensitas beribadah terutama pada malam hari.

Ketiga, mendorong atau meminta keluarga untuk melakukan amaliah sunah dan amal kebajikan selain yang fardhu.

Semoga bermanfaat.

(*)

--

Jangan lupa follow akun instagram Suryamalang.com, ojok lali yo rek!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved